Jabal an-Nur, dikenal juga dengan nama Jabal an-Nuur atau Jabal Nur (جبل النور dalam bahasa Arab), yang bermakna “Gunung Cahaya,” terletak di dekat kota suci Mekkah, di wilayah Hijaz, Arab Saudi. Gunung ini memiliki makna khusus dalam sejarah Islam karena di dalamnya terdapat Gua Hira, tempat Nabi Muhammad menerima wahyu pertama dari Allah yang disampaikan oleh Malaikat Jibril. Jabal Nur memiliki ketinggian sekitar 640 meter dan menjadi salah satu destinasi penting bagi umat Muslim yang mengunjungi Mekkah.
1. Sejarah Jabal Nur
Jabal Nur adalah destinasi yang sangat dikenal oleh umat Muslim, terutama bagi mereka yang sedang melaksanakan ibadah haji dan umrah. Gunung ini dianggap sebagai saksi bisu atas perjalanan spiritual Nabi Muhammad SAW, di mana beliau sering menyendiri untuk merenung dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Jabal Nur memiliki bentuk yang menonjol, dengan ketinggian sekitar 624 meter dari permukaan laut. Struktur permukaannya terdiri dari batu-batuan terjal dengan sudut kemiringan mencapai sekitar 60 derajat. Puncak gunung ini berbentuk tajam dengan ketinggian sekitar 200 meter, dan untuk mencapai puncaknya, pengunjung memerlukan waktu sekitar 30 menit.
Pemandangan dari puncak Jabal Nur memberikan sudut pandang yang indah ke arah kota Mekkah, termasuk Masjidil Haram yang tampak jelas dari kejauhan. Jarak antara Jabal Nur dengan Masjidil Haram sekitar 5 kilometer di sebelah utara Mekkah, menjadikannya cukup mudah diakses. Tempat ini memiliki arti penting karena merupakan tempat Nabi Muhammad SAW mengasingkan diri dan merenung, terutama di dalam Gua Hira, sebuah ruang kecil yang memiliki panjang sekitar 1,75 hasta, tempat beliau menerima wahyu dari Allah melalui perantaraan Malaikat Jibril.
Gua Hira dianggap sebagai titik awal penyebaran cahaya Islam, yang kelak membawa perubahan besar bagi umat manusia. Nabi Muhammad SAW berdiam di dalam gua ini untuk menyendiri, jauh dari hiruk-pikuk kota Mekkah yang pada saat itu banyak dipenuhi dengan praktik-praktik yang tidak sejalan dengan ajaran tauhid. Wahyu pertama yang diterima di tempat ini menjadi momen awal bagi Nabi Muhammad SAW untuk memulai risalah kenabian, yang akhirnya membawa dampak besar bagi peradaban dunia.
2. Penamaan Jabal Nur
Penamaan Jabal Nur atau “Gunung Cahaya” berkaitan erat dengan peristiwa turunnya wahyu pertama yang membawa penerangan atau cahaya kebenaran bagi umat manusia. Dalam bahasa Arab, “jabal” berarti gunung, sementara “nur” berarti cahaya atau terang. Penamaan ini mulai dikenal luas sejak Nabi Muhammad SAW menyatakan bahwa beliau menerima wahyu pertama dari Allah di gunung ini, tepatnya di dalam Gua Hira. Peristiwa penting ini terjadi pada malam hari di bulan Ramadan, sekitar tanggal 21 pada kalender Hijriah, yang bertepatan dengan tanggal 10 Agustus 610 Masehi.
Peristiwa tersebut terjadi ketika Nabi Muhammad SAW berusia 40 tahun, sebuah usia yang diidentikkan dengan kematangan dan kebijaksanaan. Dalam konteks sejarah Islam, penamaan ini menandakan bahwa Jabal Nur adalah tempat di mana cahaya kebenaran dan risalah Islam pertama kali diturunkan kepada Rasulullah SAW, yang kemudian menjadi penyebar kebenaran yang menyinari umat manusia hingga saat ini.
A. Makna Jabal Nur bagi Umat Muslim
Jabal Nur bukan hanya sekadar gunung biasa; bagi umat Muslim, tempat ini memiliki makna yang sangat dalam. Peristiwa turunnya wahyu pertama di Gua Hira menjadi fondasi utama bagi penyebaran ajaran Islam. Dari sanalah cahaya petunjuk dari Allah SWT mulai menyinari umat manusia, membawa pesan-pesan kebenaran, keadilan, dan kasih sayang yang akan terus dipegang teguh oleh umat Muslim di seluruh dunia. Itulah sebabnya, Jabal Nur dikenal sebagai Gunung Cahaya—tempat di mana sinar Islam pertama kali menerangi dunia.
Setiap kali jamaah haji atau umrah mengunjungi Jabal Nur, mereka diingatkan akan perjalanan panjang yang ditempuh Nabi Muhammad SAW untuk menyebarkan ajaran Islam. Tempat ini menjadi saksi bisu akan ketekunan dan kesabaran beliau dalam menjalankan perintah Allah SWT, menjadikannya sebagai salah satu situs yang dihormati dalam sejarah Islam. Gua Hira dan Jabal Nur kini tak hanya dikenal sebagai tempat bersejarah, tetapi juga sebagai simbol dari cahaya spiritual yang terus memandu umat Muslim di seluruh dunia hingga kini.
3. Akses ke Gua Hira di Jabal Nur
Bagi jamaah yang hendak mengunjungi Gua Hira, diperlukan usaha ekstra untuk menapaki jalur yang menanjak menuju puncak Jabal Nur. Menurut Muslim H. Nasution dalam bukunya Tapak Sejarah Seputar Mekah-Madinah, dibutuhkan waktu sekitar satu jam untuk mencapai Gua Hira dari kaki Jabal Nur. Meskipun perjalanannya cukup menantang, pemandangan yang didapatkan dari puncak cukup menyejukkan.
Gua Hira sendiri berukuran kecil, hanya mampu menampung sekitar empat hingga lima orang. Ruangan di dalam gua ini gelap karena sangat sedikit cahaya matahari yang bisa menembus masuk. Namun, dari bagian mulut gua yang menghadap ke belakang, pengunjung dapat melihat Ka’bah dengan jelas, asalkan tidak ada gedung-gedung tinggi yang menghalangi pandangan dari Masjidil Haram.
Gua Hira memiliki ketinggian yang memungkinkan pengunjung berdiri di dalamnya. Akses menuju gua ini tidaklah mudah, tetapi bagi umat Muslim, usaha mendaki Jabal Nur dianggap sebagai salah satu cara untuk menghayati perjuangan dan perjalanan spiritual yang dilalui oleh Nabi Muhammad SAW sebelum beliau diangkat menjadi seorang Rasul.
Yuk ke umroh ke Arab Saudi, tempat dimana lokasi Jabal Nur berada! Segera pesan Paket Umroh Arrayyan Al Mubarak! Dengan layanan terbaik dan jadwal perjalanan yang nyaman, Arrayyan Al Mubarak siap membantu Anda merasakan ketenangan dan keagungan ibadah umroh. Mari wujudkan impian spiritual Anda bersama kami!