Shalat Tarawih di Mekkah: Jumlah Rakaat, Durasi, Waktu Pelaksanaan dan Lokasi

Shalat Tarawih di Mekkah: Jumlah Rakaat, Durasi, Waktu Pelaksanaan dan Lokasi

Bulan suci Ramadhan selalu menjadi momen yang dinantikan oleh umat Islam di seluruh dunia. Salah satu amalan istimewa yang hanya ada di bulan Ramadhan adalah shalat tarawih. Bagi jamaah yang berkesempatan menunaikan ibadah Ramadhan di tanah suci Mekkah, pengalaman shalat tarawih di Masjidil Haram memberikan kesan mendalam dan penuh kekhusyukan. Suasana yang sakral, jamaah yang datang dari berbagai negara, serta keutamaan shalat di Masjidil Haram menjadikan ibadah ini begitu istimewa. Namun, banyak pertanyaan muncul di kalangan jamaah, seperti jumlah rakaat, waktu pelaksanaan, durasi, dan lokasi shalat tarawih di Mekkah. Artikel ini akan membahas secara lengkap tentang shalat tarawih di Mekkah untuk memberikan panduan bagi Anda yang ingin merasakan nikmatnya ibadah Ramadhan di sana.

Shalat Tarawih di Mekkah Berapa Rakaat?

Shalat Tarawih di Mekkah

Jumlah rakaat shalat tarawih di Mekkah mengikuti tradisi yang telah berlangsung selama bertahun-tahun. Di Masjidil Haram, shalat tarawih umumnya dilaksanakan sebanyak 20 rakaat, ditambah dengan 3 rakaat shalat witir di akhir sebagai penutup.

Pelaksanaan shalat tarawih ini didasarkan pada pandangan mayoritas ulama yang mengikuti madzhab Hanafi, Maliki, dan Syafi’i yang menetapkan jumlah 20 rakaat sebagai sunnah yang dianjurkan. Namun, jamaah tetap diperbolehkan untuk menyesuaikan jumlah rakaat yang dikerjakan sesuai kemampuan masing-masing.

Shalat tarawih di Masjidil Haram dipimpin oleh imam-imam terkemuka yang memiliki bacaan Al-Qur’an merdu dan tartil. Selain itu, dalam pelaksanaannya, shalat tarawih ini diselingi dengan doa dan dzikir, sehingga jamaah dapat lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT selama bulan suci Ramadhan.

Tarawih di Makkah Jam Berapa?

Waktu pelaksanaan shalat tarawih di Mekkah mengikuti waktu shalat Isya. Biasanya, shalat tarawih dimulai setelah jamaah menunaikan shalat Isya berjamaah di Masjidil Haram. Secara umum, shalat tarawih dimulai sekitar pukul 20.30 hingga 21.00 waktu Arab Saudi.

Shalat Isya sendiri di Masjidil Haram dimulai sekitar pukul 19.45 waktu setempat, setelah waktu berbuka puasa. Setelah menyelesaikan shalat Isya, imam langsung memimpin shalat tarawih berjamaah. Penting bagi jamaah untuk datang lebih awal agar mendapatkan tempat yang nyaman di dalam masjid, mengingat Masjidil Haram akan sangat ramai terutama di sepuluh malam terakhir Ramadhan.

Selain itu, waktu pelaksanaan shalat tarawih ini memberikan fleksibilitas bagi jamaah yang ingin melaksanakan ibadah sunnah lainnya, seperti membaca Al-Qur’an atau beritikaf di Masjidil Haram setelah tarawih selesai.

Durasi Tarawih di Mekkah

Durasi shalat tarawih di Mekkah biasanya berkisar antara 1,5 hingga 2 jam. Durasi ini sudah termasuk pelaksanaan 20 rakaat shalat tarawih, bacaan Al-Qur’an oleh imam, doa di antara rakaat, dan 3 rakaat shalat witir sebagai penutup.

Meskipun durasinya cukup panjang, suasana di Masjidil Haram membuat jamaah merasa nyaman dan khusyuk dalam beribadah. Imam-imam yang memimpin shalat tarawih akan membaca ayat-ayat Al-Qur’an dengan tartil dan penuh penghayatan, sehingga durasi yang cukup lama tidak terasa berat.

Pada sepuluh malam terakhir Ramadhan, biasanya terdapat tambahan doa dan shalat malam, terutama ketika Lailatul Qadar diyakini terjadi. Oleh karena itu, jamaah yang ingin mendapatkan keutamaan shalat tarawih di Mekkah sebaiknya mempersiapkan fisik dan hati agar dapat menjalani ibadah dengan maksimal.

Di Mana Tempat Shalat Tarawih di Mekkah?

Tempat paling utama untuk melaksanakan shalat tarawih di Mekkah tentu saja adalah Masjidil Haram, masjid suci yang menjadi pusat ibadah umat Islam dari seluruh dunia. Masjidil Haram memiliki keutamaan luar biasa, di mana satu rakaat shalat di sini setara dengan 100.000 rakaat shalat di tempat lain, sebagaimana yang disebutkan dalam hadis Nabi Muhammad SAW.

Selain Masjidil Haram, terdapat beberapa masjid lain di sekitar Mekkah yang juga melaksanakan shalat tarawih, seperti:

  1. Masjid Aisyah: Terletak di Tan’im, masjid ini sering dikunjungi jamaah yang ingin menunaikan shalat tarawih atau mengambil miqat untuk umroh.
  2. Masjid Al-Khaif: Berlokasi di Mina, masjid ini memiliki nilai sejarah tinggi dan sering menjadi alternatif bagi jamaah yang tidak kebagian tempat di Masjidil Haram.
  3. Masjid Jin: Terletak tidak jauh dari Masjidil Haram, masjid ini memiliki kisah historis di mana jin dikisahkan mendengarkan bacaan Al-Qur’an Nabi Muhammad SAW.

Namun, bagi jamaah yang ingin merasakan keistimewaan shalat tarawih di tanah suci Mekkah, Masjidil Haram tetap menjadi tujuan utama. Keberkahan, kemuliaan, dan suasana spiritual yang begitu kental membuat pengalaman ibadah di sini tidak terlupakan.

Shalat tarawih di Mekkah, khususnya di Masjidil Haram, adalah impian banyak umat Islam. Menjalankan ibadah Ramadhan di tanah suci tidak hanya memberikan pahala berlipat ganda, tetapi juga pengalaman spiritual yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Untuk mewujudkan impian tersebut, Arrayyan Al Mubarak siap mendampingi Anda dalam perjalanan ibadah umroh yang penuh berkah.

Arrayyan Al Mubarak menawarkan paket umroh Ramadhan yang lengkap, nyaman, dan terpercaya. Dengan fasilitas terbaik serta bimbingan dari tim profesional, Anda dapat fokus beribadah dengan tenang. Jangan lewatkan kesempatan meraih pahala besar di bulan suci Ramadhan di tanah suci Mekkah.

Segera daftarkan diri Anda dan keluarga sekarang juga! Hubungi kami untuk informasi lebih lanjut mengenai paket umroh Ramadhan bersama Arrayyan Al Mubarak. Jadikan Ramadhan tahun ini sebagai momen yang penuh keberkahan dan kenangan indah di Masjidil Haram.

3 Hadits Umroh Ramadhan yang Shahih Beserta Penjelasannya

3 Hadits Umroh Ramadhan yang Shahih Beserta Penjelasannya

Umrah di bulan Ramadhan memiliki keutamaan yang istimewa, sebagaimana disebutkan dalam beberapa hadits shahih yang diriwayatkan oleh Rasulullah SAW. Hadits-hadits ini tidak hanya menunjukkan keutamaan melaksanakan ibadah umrah di bulan penuh berkah ini, tetapi juga memberikan motivasi bagi umat Islam untuk memanfaatkan momen Ramadhan dengan amal ibadah yang maksimal. Berikut adalah tiga hadits umroh Ramadhan yang shahih beserta penjelasannya untuk memberikan pemahaman lebih mendalam mengenai nilai ibadah ini.

Hadits Umroh Ramadhan

Hadits Umroh Ramadhan

Berikut adalah tiga hadits umroh Ramadhan yang shahih beserta penjelasannya:

Hadits Shahih Muslim No. 2201 – Kitab Haji

و حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ حَاتِمِ بْنِ مَيْمُونٍ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ عَنْ ابْنِ جُرَيْجٍ قَالَ أَخْبَرَنِي عَطَاءٌ قَالَ سَمِعْتُ ابْنَ عَبَّاسٍ يُحَدِّثُنَا قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِامْرَأَةٍ مِنْ الْأَنْصَارِ سَمَّاهَا ابْنُ عَبَّاسٍ فَنَسِيتُ اسْمَهَا مَا مَنَعَكِ أَنْ تَحُجِّي مَعَنَا قَالَتْ لَمْ يَكُنْ لَنَا إِلَّا نَاضِحَانِ فَحَجَّ أَبُو وَلَدِهَا وَابْنُهَا عَلَى نَاضِحٍ وَتَرَكَ لَنَا نَاضِحًا نَنْضِحُ عَلَيْهِ قَالَ فَإِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فَاعْتَمِرِي فَإِنَّ عُمْرَةً فِيهِ تَعْدِلُ حَجَّةً

Dan telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Hatim bin Maimun Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Sa’id dari Ibnu Juraij ia berkata, telah mengabarkan kepadaku Atha` ia berkata, saya mendengar Ibnu Abbas menceritakan kepada kami, ia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepada seorang wanita dari kalangan Anshar -Ibnu Abbas menyebutkan namanya, tetapi aku lupa: “Apa yang menghalangimu untuk melaksanakan haji bersama kami?” wanita itu menjawab, “Kami tidak mempunyai apa-apa kecuali dua ekor Unta, yang satu ekor dipakai suamiku pergi haji bersama anaknya sedangkan yang satu lagi ia tinggalkan agar dipakai menyiram kebun.” Beliau bersabda: “Kalau bulan Ramadhan tiba, maka tunaikanlah umrah, sebab umrah di bulan Ramadhan menyamai ibadah haji.”

Hadits Shahih Al-Bukhari No. 1657 – Kitab Hajji

Dalam Hadits Umroh Ramadhan: Shahih Al-Bukhari No. 1657 – Kitab Hajji juga menguatkan keutamaan umroh Ramadhan. Rasulullah SAW bersabda:

حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا يَحْيَى عَنْ ابْنِ جُرَيْجٍ عَنْ عَطَاءٍ قَالَ سَمِعْتُ ابْنَ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا يُخْبِرُنَا يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِامْرَأَةٍ مِنْ الْأَنْصَارِ سَمَّاهَا ابْنُ عَبَّاسٍ فَنَسِيتُ اسْمَهَا مَا مَنَعَكِ أَنْ تَحُجِّينَ مَعَنَا قَالَتْ كَانَ لَنَا نَاضِحٌ فَرَكِبَهُ أَبُو فُلَانٍ وَابْنُهُ لِزَوْجِهَا وَابْنِهَا وَتَرَكَ نَاضِحًا نَنْضَحُ عَلَيْهِ قَالَ فَإِذَا كَانَ رَمَضَانُ اعْتَمِرِي فِيهِ فَإِنَّ عُمْرَةً فِي رَمَضَانَ حَجَّةٌ أَوْ نَحْوًا مِمَّا قَالَ

Telah menceritakan kepada kami Musaddad telah menceritakan kepada kami Yahya dari Ibnu Juraij dari ‘Atho’ berkata; Aku mendengar Ibnu ‘Abbas radliallahu ‘anhuma mengabarkan kepada kami, katanya: Rasulullah Shallallahu ‘alaihiwasallam berkata kepada seorang wanita dari Kaum Anshar yang disebut namanya oleh Ibnu ‘Abbas radliallahu ‘anhuma namun kami lupa siapa namanya: “Apa yang menghalangimu untuk menunaikan haji bersama kami?”. Wanita itu berkata: “Dahulu kami memiliki seekor unta yang selalu digunakan oleh ayah fulan dan anaknya, maksudnya adalah suami dan anak dari perempuan itu, kemudian dia membiarkan unta tersebut untuk mengangkut air. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam berkata: “Apabila datang bulan Ramadhan, laksanakanlah ‘umrah karena ‘umrah pada bulan Ramadhan seperti ‘ibadah haji” atau seperti itu (haji) sebagaimana Beliau sabdakan.

Hadits Shahih Muslim No. 2202 – Kitab Haji

و حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ عَبْدَةَ الضَّبِّيُّ حَدَّثَنَا يَزِيدُ يَعْنِي ابْنَ زُرَيْعٍ حَدَّثَنَا حَبِيبٌ الْمُعَلِّمُ عَنْ عَطَاءٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لِامْرَأَةٍ مِنْ الْأَنْصَارِ يُقَالُ لَهَا أُمُّ سِنَانٍ مَا مَنَعَكِ أَنْ تَكُونِي حَجَجْتِ مَعَنَا قَالَتْ نَاضِحَانِ كَانَا لِأَبِي فُلَانٍ زَوْجِهَا حَجَّ هُوَ وَابْنُهُ عَلَى أَحَدِهِمَا وَكَانَ الْآخَرُ يَسْقِي عَلَيْهِ غُلَامُنَا قَالَ فَعُمْرَةٌ فِي رَمَضَانَ تَقْضِي حَجَّةً أَوْ حَجَّةً مَعِي

Dan Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Abdah Adl Dlabbi Telah menceritakan kepada kami Yazid bin Zurai’ Telah menceritakan kepada kami Habib Al Mu’allim dari Atha` dari Ibnu Abbas bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepada seorang wanita Anshar yang namanya Ummu Sinan: “Apa yang menghalangimu untuk mengerjakan haji bersama kami?” wanita itu menjawab, “Kami hanya memiliki dua ekor unta. Yang satu dipakai suamiku pergi haji bersama anaknya, sedangkan yang satu lagi dipakai pembantu kami untuk menyiram kebun.” Akhirnya beliau pun bersabda: “Kalau begitu, kerjakanlah umrah nanti di bulan Ramadhan, nilainya sama dengan naik haji bersamaku.”

Apa yang Dimaksud Umroh Ramadhan Setara Haji?

Makna dari hadits umroh Ramadhan yang menyebutkan bahwa ibadah tersebut setara dengan haji adalah dalam hal pahala, bukan dalam aspek hukum. Para ulama sepakat bahwa kesetaraan ini tidak berarti bahwa umroh Ramadhan menggantikan kewajiban haji. Sebagai rukun Islam, haji tetap wajib dilakukan bagi mereka yang memenuhi syarat, seperti kemampuan finansial dan fisik.

Bulan Ramadhan memiliki keutamaan khusus, termasuk malam Lailatul Qadar, yang membuat segala amal ibadah di bulan ini dilipatgandakan pahalanya. Oleh karena itu, umroh yang dilakukan dalam bulan Ramadhan diberi nilai yang sangat tinggi oleh Allah SWT.

Beberapa ulama, seperti Imam An-Nawawi, menjelaskan bahwa konteks “setara dengan haji” dalam hadits umroh Ramadhan dimaksudkan untuk memotivasi umat Islam agar tidak melewatkan kesempatan ibadah di bulan Ramadhan. Pahala yang besar ini juga menjadi bentuk kasih sayang Allah kepada umat-Nya yang tidak mampu menunaikan haji.

Apakah Umroh Ramadhan Bisa Menggantikan Ibadah Haji yang Wajib?

Meskipun hadits umroh Ramadhan menunjukkan keutamaan ibadah ini, umroh di bulan Ramadhan tidak bisa menggantikan kewajiban haji. Haji merupakan salah satu dari lima rukun Islam yang harus dipenuhi oleh setiap muslim yang mampu. Adapun umroh, meskipun merupakan ibadah yang dianjurkan, tidak termasuk dalam rukun Islam.

Para ulama menegaskan bahwa kesetaraan antara umroh Ramadhan dan haji hanya berlaku dalam hal pahala, bukan dalam kewajiban. Ini berarti, meskipun seseorang melakukan umroh di bulan Ramadhan dan mendapatkan pahala yang besar, ia tetap harus melaksanakan haji jika telah memenuhi syarat wajibnya.

Selain itu, pelaksanaan umroh Ramadhan juga tidak menghapus kewajiban melaksanakan haji pada waktu dan tata cara yang telah ditentukan. Kesempatan mendapatkan pahala besar dari umroh Ramadhan adalah bentuk kemurahan Allah SWT, tetapi tetap tidak menggantikan status hukum haji sebagai kewajiban yang harus dipenuhi oleh umat Islam.

Hadits umroh Ramadhan yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim menegaskan keutamaan ibadah ini, terutama karena dilaksanakan di bulan penuh berkah. Namun, penting untuk dipahami bahwa keutamaan ini tidak mengubah status hukum haji sebagai kewajiban. Dengan memahami makna hadits umroh Ramadhan, umat Islam dapat lebih termotivasi untuk memanfaatkan bulan Ramadhan sebagai momen memperbanyak amal ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Raih keutamaan luar biasa dengan melaksanakan umroh di bulan Ramadhan, sebagaimana disebutkan dalam hadits. Jangan lewatkan kesempatan istimewa ini bersama Arrayyan Al Mubarak, travel umroh terpercaya yang menghadirkan paket umroh Ramadhan terbaik dengan fasilitas premium, pembimbing berpengalaman, dan pelayanan penuh kenyamanan. Wujudkan impian ibadah Anda bersama kami! Hubungi Arrayyan Al Mubarak sekarang untuk informasi lebih lanjut dan jadilah tamu istimewa di bulan penuh berkah.