Artinya Mabruroh dan Perbedaan dengan Mabrur 

Artinya Mabruroh dan Perbedaan dengan Mabrur 

Dalam konteks ibadah haji, umat Islam sering mendengar istilah “haji mabrur” yang menunjukkan keberhasilan pelaksanaan haji yang diterima oleh Allah SWT. Namun, ada juga istilah lain yang sering muncul yaitu “mabruroh”. Meski terdengar mirip, kedua istilah ini memiliki perbedaan makna dan penggunaannya dalam konteks ibadah dan kehidupan sehari-hari. Artikel ini akan menjelaskan arti dari mabruroh, perbedaan antara mabrur dan mabruroh, serta bagaimana kedua istilah ini digunakan untuk menggambarkan tingkatan dan kualitas ibadah seorang muslim.

1. Arti Mabruroh

Istilah “mabruroh” (مَبْرُورَةٌ) berasal dari bahasa Arab yang dalam bentuk tata bahasa disebut sebagai isim maf’ul atau kata benda yang menunjukkan sesuatu yang terkena efek dari kata kerja. Dalam hal ini, mabruroh digunakan untuk merujuk kepada perbuatan baik atau amal yang dilakukan oleh seorang wanita dan diterima oleh Allah SWT. Dalam pengertian sehari-hari, istilah mabruroh sering digunakan untuk mendeskripsikan perempuan yang telah melaksanakan ibadah haji dengan baik dan mendapatkan ridha Allah SWT sehingga segala amalnya dianggap sah dan diterima.

Secara lebih luas, mabruroh mengandung makna bahwa amal atau perbuatan tersebut telah dijalankan sesuai dengan syariat Islam dan mendapatkan berkah dari Allah. Penggunaan istilah ini lebih jarang terdengar dibandingkan dengan “mabrur” yang biasanya dipakai untuk merujuk kepada baik pria maupun wanita dalam menjalankan ibadah haji. Namun, bagi para ulama, kata “mabruroh” menjadi penting dalam menjelaskan kedudukan khusus wanita yang beribadah dengan ikhlas dan benar sesuai aturan agama.

Makna mabruroh dapat dilihat sebagai representasi dari penerimaan amalan perempuan dalam ibadah, termasuk dalam menjalankan haji. Apabila seorang perempuan disebut sebagai haji mabruroh, berarti dia telah menjalankan ibadah haji dengan sempurna, sesuai tuntunan agama, dan menunjukkan perubahan positif dalam kehidupannya pasca pelaksanaan ibadah tersebut.

2. Perbedaan Mabrur dengan Mabruroh

Walaupun “mabrur” dan “mabruroh” memiliki akar kata yang sama, yaitu berasal dari kata “barara” (بَرَرَ) yang berarti baik atau saleh, namun penggunaannya berbeda dalam konteks bahasa Arab dan penerapannya dalam agama Islam. Berikut beberapa perbedaan mendasar antara mabrur dan mabruroh:

a. Penggunaan Gender

Perbedaan utama antara mabrur dan mabruroh terletak pada penggunaannya untuk jenis kelamin. “Mabrur” (مَبْرُورٌ) adalah istilah umum yang dapat digunakan untuk pria maupun wanita, tetapi dalam tata bahasa Arab, istilah ini lebih sering dikaitkan dengan laki-laki. Di sisi lain, “mabruroh” adalah bentuk feminin dari kata tersebut, yang secara khusus merujuk kepada wanita. Dalam konteks ibadah haji, ketika seorang perempuan berhasil melaksanakan ibadah haji dengan diterima oleh Allah, dia disebut sebagai “haji mabruroh”.

b. Pengertian dan Penggunaan dalam Ibadah

Dalam istilah agama, “mabrur” sering digunakan untuk menyebut haji yang diterima, yang ditandai dengan peningkatan kualitas iman dan perubahan perilaku ke arah yang lebih baik setelah melaksanakan haji. 

الْحَجُّ الْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلَّا الْجَنَّةُ

Rasulullah SAW bersabda, “Haji yang mabrur tidak ada balasannya kecuali surga” (HR. Bukhari dan Muslim). 

Hadis ini menunjukkan betapa tinggi kedudukan haji mabrur dalam Islam. Kata “mabrur” mengandung makna bahwa amalan tersebut diterima dan diberkahi oleh Allah SWT.

Sementara itu, mabruroh lebih merujuk pada amalan atau ibadah yang dilakukan oleh perempuan dengan sempurna dan memenuhi kriteria syarat serta rukun yang ditentukan dalam syariat Islam. Dalam konteks ibadah haji, mabruroh berarti amalan haji seorang perempuan yang diterima oleh Allah, menunjukkan bahwa dia telah melaksanakan rukun-rukun haji sesuai dengan aturan yang ada dan membawa perubahan positif dalam kehidupannya. Dengan demikian, penggunaan kata ini lebih khusus dan sering digunakan untuk mengapresiasi amalan perempuan dalam menjalankan ibadah.

c. Kualitas dan Dampak pada Kehidupan Pasca Ibadah

Istilah “mabrur” mengandung makna lebih luas dalam menilai kualitas suatu ibadah, terutama ibadah haji. Haji yang mabrur berarti ibadah tersebut tidak hanya diterima secara syariat, tetapi juga membawa dampak positif yang nyata dalam kehidupan pelakunya setelah pulang dari tanah suci. Orang yang hajinya mabrur akan menunjukkan sikap lebih baik dalam kehidupan sehari-hari, seperti meningkatnya kejujuran, kedermawanan, serta ketaatan dalam menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.

Mabruroh, di sisi lain, lebih ditekankan pada aspek penerimaan amal oleh Allah yang dilakukan oleh seorang perempuan. Artinya, apabila ibadah haji seorang wanita disebut mabruroh, maka ibadah tersebut sudah dijalankan sesuai syarat dan rukun yang benar serta membawa nilai keberkahan dan penerimaan dari Allah. Penggunaan istilah ini lebih terfokus pada aspek ibadah yang dijalankan dengan benar sesuai tuntunan, tanpa mengurangi arti penting dari perubahan positif yang seharusnya terjadi pada kehidupan setelahnya.

d. Tingkatan dan Konsekuensi Amal

Secara teologis, istilah mabrur menunjukkan tingkatan tertinggi dari penerimaan ibadah yang telah dijalankan. Haji yang disebut mabrur menandakan ibadah tersebut bukan hanya memenuhi syarat dan rukun, tetapi juga memiliki efek positif yang meluas pada perilaku, kehidupan sosial, dan spiritual individu yang melaksanakannya. Maka, mabrur bisa dianggap sebagai kualitas puncak dalam penilaian sebuah ibadah.

Sedangkan mabruroh menunjukkan bahwa seorang wanita telah memenuhi kriteria syariat dalam ibadahnya, tanpa secara langsung menyiratkan adanya perubahan besar atau dampak positif dalam kehidupan sosial atau kepribadian pasca ibadah. Istilah ini lebih sering digunakan sebagai bentuk penghargaan atas kesempurnaan amal yang dilakukan seorang wanita sesuai ketentuan agama.

Memahami perbedaan antara mabruroh dan mabrur memberikan gambaran yang lebih komprehensif mengenai bagaimana istilah-istilah ini digunakan dalam Islam, khususnya dalam konteks ibadah haji. Meskipun memiliki akar kata yang sama dan keduanya berkaitan dengan amal ibadah yang diterima oleh Allah SWT, penggunaannya berbeda dalam aspek gender, tingkatan, dan dampak ibadah terhadap kehidupan sehari-hari. 

Istilah mabrur umumnya lebih luas dan sering digunakan untuk menggambarkan kualitas ibadah yang tinggi serta berdampak positif pada pelakunya, sedangkan mabruroh secara khusus digunakan untuk menyebut amal perempuan yang diterima dalam menjalankan ibadah dengan syarat dan rukun yang tepat. Dengan memahami keduanya, diharapkan umat Islam dapat lebih menghargai arti penting dari kualitas ibadah yang diterima serta berusaha meraih kedudukan yang lebih tinggi di sisi Allah SWT.

Dengan bimbingan ulama yang berpengalaman, Arrayyan Al Mubarak, sebagai travel umroh dan haji terbaik, tidak hanya membantu Anda meraih predikat haji mabrur, tetapi juga menyediakan layanan khusus yang memungkinkan para jamaah wanita mendapatkan pengalaman ibadah yang sempurna dan mabruroh. Percayakan perjalanan suci Anda bersama Arrayyan Al Mubarak, dan nikmati kenyamanan, keamanan, serta kemudahan yang akan membawa Anda lebih dekat kepada ridha Allah SWT.

Tata Cara Umroh sesuai Sunnah, Panduan Lengkap sebelum Berangkat!

Tata Cara Umroh sesuai Sunnah, Panduan Lengkap sebelum Berangkat!

Umroh merupakan salah satu bentuk ibadah dalam Islam yang memiliki nilai spiritual yang tinggi. Meski tidak wajib seperti haji, umroh tetap menjadi ibadah yang dianjurkan bagi umat Muslim yang mampu melaksanakannya. Ibadah ini melibatkan berbagai rangkaian ritual yang harus dilakukan sesuai tuntunan Rasulullah SAW, agar ibadah tersebut sah dan diterima. Dalam artikel ini, kita akan membahas secara lengkap mengenai tata cara umroh yang sesuai sunnah, mulai dari persiapan sebelum berangkat hingga tahap akhir berupa tahallul.

1. Apa Itu Tata Cara Umroh?

Tata cara umroh adalah serangkaian ritual ibadah yang dilakukan di Tanah Suci dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Umroh terdiri dari beberapa tahap yang diatur dalam sunnah Nabi Muhammad SAW, seperti ihram, tawaf, sai, dan tahallul. Ibadah umroh dapat dilakukan kapan saja sepanjang tahun, berbeda dengan haji yang waktunya terbatas. Umroh dianggap sebagai miniatur haji karena sebagian besar ritualnya mirip, namun tidak sebanyak dan sekompleks ibadah haji.

2. Tata Cara Umroh Sesuai Sunnah

Berikut adalah panduan lengkap mengenai tata cara umroh yang sesuai dengan tuntunan Nabi Muhammad SAW:

Persiapan Sebelum Ihram

Sebelum memulai rangkaian ibadah umroh, ada beberapa persiapan yang harus dilakukan. Pertama, pastikan fisik dalam kondisi sehat dan bugar untuk menjalani semua tahap ibadah. Selain itu, mandi besar (ghusl) juga disarankan sebelum berihram untuk membersihkan diri secara lahiriah. Memotong kuku, mencukur rambut yang berlebihan, dan memakai wewangian sebelum ihram merupakan sunnah Nabi yang dianjurkan.

Berihram

Ihram adalah keadaan suci yang harus dimasuki sebelum memulai ibadah umroh. Ihram dilakukan dengan mengenakan pakaian ihram, yaitu kain putih yang tidak dijahit untuk pria dan pakaian yang sopan untuk wanita. Setelah mengenakan pakaian ihram, niat umroh dilafalkan, dengan tujuan semata-mata untuk beribadah kepada Allah. Pada saat ini, seseorang juga harus menghindari larangan ihram seperti memotong rambut, menggunakan wewangian, atau berhubungan intim.

Kalimat Persyaratan

Saat berihram, seseorang dapat menambahkan kalimat persyaratan (syarat), terutama jika ada kekhawatiran tidak dapat menyelesaikan umroh karena sakit atau halangan lainnya. Kalimat yang diucapkan adalah: 

اللَّهُمَّ مَحِلِّي حَيْثُ حَبَسْتَنِي

“Allahumma mahilli haitsu habastani” 

Yang berarti:”Ya Allah, tempat di mana aku terhalang, di sanalah tempat aku keluar dari ihram.” 

Kalimat ini berguna jika terdapat kendala yang membuat umroh tidak dapat dilanjutkan.

Kalimat Talbiah

Setelah berniat dan mengenakan pakaian ihram, jamaah diwajibkan untuk membaca talbiah sebagai bentuk deklarasi niat kepada Allah SWT. Kalimat talbiah yang sering diucapkan adalah: 

لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ ، لَبَّيْكَ لَا شَرِيكَ لَك لَبَّيْكَ ، إنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَك وَالْمُلْكَ لَا شَرِيكَ لَك

“Labbaik Allahumma labbaik, labbaika la syarika laka labbaik. Innal hamda wanni’mata laka wal mulk la syarika laka.” 

Talbiah ini dibaca terus-menerus mulai dari berihram hingga saat akan memulai tawaf.

Memasuki Masjidil Haram

Setibanya di Mekkah, langkah berikutnya adalah memasuki Masjidil Haram. Saat memasuki masjid, jamaah dianjurkan untuk masuk dengan kaki kanan terlebih dahulu sambil membaca doa masuk masjid: 

أَعُوْذُ بِاللهِ العَظِيْمِ وَبِوَجْهِهِ الْكَرِيْمِ وَسُلْطَانِهِ الْقَدِيْمِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. بِسْمِ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلهِ. أَللَّهُمَّ صَلِّ 

وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي ذُنُوْبِي وَافْتَحْ لِي أَبْوَابَ رَحْمَتِكَ

Bacaan latin: A’ûdzu billâhil ‘azhîm wabiwajhihil karîm wasulthânihil qadîm minassyaithânir-rajîm. Bismillâhi wal hamdulillâh. Allâhumma shalli wasallim ‘alâ sayyidinâ muhammadin wa ‘alâ âli sayyidinâ muhammadin, Allâhummaghfirlî dzunûbî waftahlî abwâba rahmatik.

Artinya, “Aku berlindung kepada Allah Yang Maha Besar, kepada Dzat-Nya Yang Maha Mulia, dan kepada kerajaan-Nya Yang Sedia dari setan yang terlontar. Dengan nama Allah dan segala puji bagi Allah. Hai Tuhanku, berilah shalawat dan sejahtera atas Sayyidina Muhammad dan atas keluarga Sayyidina Muhammad. Hai Tuhanku, ampuni untukku segala dosaku. Buka lah bagiku segala pintu rahmat-Mu.”

Dengan penuh kerendahan hati, jamaah melangkah ke dalam masjid untuk melanjutkan rangkaian ibadah.

Menuju Hajar Aswad

Setelah masuk ke Masjidil Haram, jamaah sebaiknya langsung menuju ke Hajar Aswad, yaitu batu hitam yang terletak di salah satu sudut Ka’bah. Jika memungkinkan, jamaah dianjurkan untuk mencium atau menyentuh Hajar Aswad. Jika tidak bisa karena padatnya jamaah, cukup dengan mengarahkan tangan ke arah Hajar Aswad dan mengucapkan:

بِسْمِ اللهِ وَاللهُ أَكْبَرُ.

“Bismillahi Allahu Akbar.”

Tawaf 7 Putaran

Tawaf adalah mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh kali putaran dengan arah berlawanan jarum jam. Putaran dimulai dari Hajar Aswad dan berakhir di titik yang sama. Selama melakukan tawaf, jamaah dianjurkan untuk banyak berzikir dan berdoa, memohon ampunan dan rahmat dari Allah SWT. Tawaf dilakukan dengan penuh khusyuk, mengingat bahwa Ka’bah adalah rumah Allah dan pusat kiblat bagi umat Islam di seluruh dunia.

Kembali ke Hajar Aswad

Setelah menyelesaikan tujuh putaran tawaf, jamaah kembali menuju Hajar Aswad. Sama seperti sebelumnya, jika memungkinkan, jamaah dapat mencium atau menyentuh Hajar Aswad, atau cukup melambaikan tangan ke arahnya sambil mengucapkan:

بِسْمِ اللهِ وَاللهُ أَكْبَرُ.

 “Bismillahi Allahu Akbar.” 

Ini menjadi penutup dari ritual tawaf sebelum melanjutkan ke tahap berikutnya.

Sai di Bukit Safa

Setelah tawaf, jamaah kemudian menuju ke Bukit Safa untuk melakukan sai. Sai adalah berlari-lari kecil atau berjalan cepat di antara Bukit Safa dan Bukit Marwah sebanyak tujuh kali. Sai dimulai dari Safa dan berakhir di Marwah. Saat memulai sai dari Safa, dianjurkan untuk menghadap Ka’bah dan membaca doa: 

إِنَّ ٱلصَّفَا وَٱلْمَرْوَةَ مِن شَعَآئِرِ ٱللَّهِ

“Inna as-safa wal-marwata min sya’a’irillah,” serta berdoa sesuai keinginan pribadi.

Menuju ke Bukit Marwah

Setelah sampai di Bukit Safa, jamaah kemudian menuju ke Bukit Marwah, berjalan atau berlari kecil dalam rute yang telah ditentukan. Setiap perjalanan dari Safa ke Marwah dihitung sebagai satu kali, sehingga jamaah akan menyelesaikan total tujuh kali perjalanan (empat kali ke Marwah dan tiga kali ke Safa). Sai ini merupakan bagian dari napak tilas perjuangan Siti Hajar dalam mencari air untuk putranya, Nabi Ismail AS.

Tahallul

Tahallul adalah tahap terakhir dalam rangkaian ibadah umroh, yaitu mencukur atau memotong sebagian rambut sebagai tanda keluar dari ihram. Untuk pria, dianjurkan mencukur rambut hingga habis (gundul), sementara wanita cukup memotong ujung rambutnya sekitar 2-3 cm. Setelah tahallul, semua larangan ihram tidak lagi berlaku, dan ibadah umroh dianggap selesai.

Melaksanakan umroh sesuai sunnah merupakan bentuk pengabdian yang tinggi kepada Allah SWT. Dengan mengikuti tata cara yang telah dicontohkan Rasulullah SAW, setiap tahapan umroh akan terasa lebih bermakna dan khusyuk. Dukungan layanan dari Arrayyan Al Mubarak bisa menjamin umrah Anda jadi bermakna dan khusyuk. Jadi, tunggu apalagi yuk segera pilih paket umroh Kami!