Haji Ifrad: Pengertian, Niat, Syarat, Rukun, dan Larangan

Haji Ifrad: Pengertian, Niat, Syarat, Rukun, dan Larangan

Haji Ifrad adalah salah satu dari tiga metode pelaksanaan ibadah haji dalam Islam, di mana jamaah hanya menunaikan haji tanpa menggabungkannya dengan umrah. Jenis haji ini banyak dipilih oleh jamaah dari luar Arab Saudi yang tiba lebih awal di Makkah, karena memberikan kesempatan untuk fokus sepenuhnya pada rangkaian ibadah haji. Dalam Haji Ifrad, jamaah memulai ihram dengan niat haji saja dari miqat, tanpa perlu membayar dam sebagaimana pada haji tamattu’ atau qiran. Bagi siapa pun yang ingin memahami lebih dalam tentang pelaksanaan dan tata cara ibadah haji yang sesuai sunnah, memahami konsep Haji Ifrad menjadi langkah awal yang penting.

Pengertian Haji Ifrad

Haji Ifrad adalah jenis haji di mana seorang jamaah hanya melaksanakan ibadah haji terlebih dahulu tanpa menggabungkannya dengan umrah. Setelah menyelesaikan seluruh rangkaian ibadah haji, jamaah dapat melakukan umrah secara terpisah. Kata “ifrad” sendiri berarti “menyendiri”, yang mencerminkan pelaksanaan ibadah haji secara tersendiri tanpa dikombinasikan dengan umrah. 

Keutamaan Haji Ifrad

Haji Ifrad memiliki beberapa keutamaan, antara lain:​

  • Kesederhanaan dan Fokus: Jamaah dapat lebih fokus dalam menjalankan ibadah haji tanpa terganggu oleh pelaksanaan umrah. ​
  • Tidak Wajib Membayar Dam: Berbeda dengan Haji Tamattu’ dan Qiran, Haji Ifrad tidak mewajibkan jamaah untuk membayar dam (denda) berupa penyembelihan hewan.
  • Menguatkan Kesabaran dan Keteguhan: Karena jamaah tetap dalam keadaan ihram hingga tanggal 10 Dzulhijjah, hal ini melatih kesabaran dan keteguhan dalam menjalankan perintah Allah. ​

Niat Haji Ifrad

Niat untuk melaksanakan Haji Ifrad diucapkan saat mengambil miqat (batas dimulainya ihram) dengan lafaz:​

“Labbaika hajjan”​

Artinya: “Aku penuhi panggilan-Mu untuk berhaji.”​

Niat ini menunjukkan bahwa jamaah hanya berniat untuk melaksanakan haji tanpa umrah.​

Syarat Haji Ifrad

Syarat-syarat umum yang harus dipenuhi oleh jamaah untuk melaksanakan Haji Ifrad meliputi:​

  1. Islam: Beragama Islam.​
  2. Baligh: Telah mencapai usia dewasa.​
  3. Berakal: Memiliki akal sehat.​
  4. Merdeka: Bukan budak.​
  5. Mampu: Memiliki kemampuan fisik, finansial, dan keamanan untuk melakukan perjalanan haji.​

Syarat-syarat ini berlaku untuk semua jenis haji, termasuk Haji Ifrad.​

Rukun Haji Ifrad

Rukun haji adalah amalan pokok yang harus dilakukan dalam ibadah haji. Adapun rukun Haji Ifrad meliputi:​

  1. Ihram: Niat memasuki ibadah haji dari miqat.​
  2. Wukuf di Arafah: Berdiam di Padang Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah.
  3. Thawaf Ifadah: Mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh kali setelah wukuf.​
  4. Sa’i: Berjalan antara bukit Shafa dan Marwah sebanyak tujuh kali.​
  5. Tahalul: Mencukur atau memotong rambut setelah menyelesaikan rangkaian ibadah haji.​
  6. Tertib: Melaksanakan rukun-rukun haji tersebut secara berurutan. ​

Larangan Haji Ifrad

Selama dalam keadaan ihram, jamaah haji dilarang melakukan hal-hal berikut:​

  • Memotong rambut atau kuku: Tidak diperbolehkan memotong rambut atau kuku hingga tahalul.
  • Menggunakan wangi-wangian: Tidak boleh memakai parfum atau wangi-wangian lainnya.​
  • Berburu atau membunuh hewan: Dilarang membunuh hewan darat yang halal dimakan.​
  • Melakukan hubungan suami istri: Dilarang berhubungan intim atau melakukan hal-hal yang mengarah ke sana.​
  • Menikah atau menikahkan: Tidak diperbolehkan menikah atau menikahkan orang lain.​
  • Memakai pakaian berjahit (bagi pria): Pria dilarang memakai pakaian yang dijahit seperti baju atau celana.​
  • Menutup kepala (bagi pria): Pria tidak boleh menutup kepala dengan topi atau sorban.​
  • Menutup wajah (bagi wanita): Wanita tidak diperbolehkan menutup wajah dengan niqab atau cadar.​

Pelanggaran terhadap larangan-larangan ini dapat mengharuskan jamaah untuk membayar dam atau denda sesuai dengan ketentuan syariat.

Demikian penjelasan mengenai Haji Ifrad, mulai dari pengertian, keutamaan, niat, syarat, rukun, hingga larangannya. Semoga informasi ini bermanfaat bagi Anda yang berencana menunaikan ibadah haji.​

Ingin merasakan pengalaman ibadah haji yang lebih nyaman dan khusyuk melalui metode Haji Ifrad? Bergabunglah bersama Arrayyan Al Mubarak, travel haji terbaik yang menghadirkan paket Haji Plus eksklusif untuk Anda dan keluarga. Dengan bimbingan pembimbing berpengalaman, akomodasi premium, dan layanan profesional sejak keberangkatan hingga kepulangan, Arrayyan Al Mubarak siap menjadi sahabat perjalanan spiritual Anda menuju Baitullah. Pesan sekarang dan raih kemabruran haji dengan tenang dan terarah!

Mengenal Haji Qiran: Pengertian, Niat, Dam, hingga Tata Cara Pelaksanaan

Mengenal Haji Qiran: Pengertian, Niat, Dam, hingga Tata Cara Pelaksanaan

Haji Qiran adalah salah satu dari tiga jenis pelaksanaan haji yang memungkinkan jamaah untuk menggabungkan ibadah haji dan umrah dalam satu niat dan pelaksanaan. Jenis haji ini memiliki keunikan tersendiri, termasuk kewajiban membayar dam dan tetap dalam keadaan ihram hingga seluruh rangkaian ibadah selesai. 

​Jika Anda mencari informasi tentang Haji Qiran, kemungkinan besar Anda ingin memahami apa itu Haji Qiran, bagaimana niat dan tata cara pelaksanaannya, serta perbedaannya dengan jenis haji lainnya seperti Ifrad dan Tamattu’.

Dalam artikel ini, kami akan membahas secara lengkap dan terstruktur mengenai Haji Qiran, mulai dari pengertian, bacaan niat, tata cara pelaksanaan, hingga perbedaannya dengan Haji Ifrad dan Tamattu’. Informasi ini penting bagi calon jamaah haji yang ingin memilih jenis haji yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan mereka.

Pengertian Haji Qiran

Haji Qiran adalah salah satu dari tiga cara pelaksanaan ibadah haji. Secara istilah, kata “qiran” berasal dari bahasa Arab “قرن” yang berarti “menggabungkan”. Dalam konteks ibadah haji, Haji Qiran adalah ibadah haji yang dilakukan dengan menggabungkan pelaksanaan haji dan umrah dalam satu waktu, dengan satu niat, dan dalam satu perjalanan.

Artinya, seorang jamaah yang melaksanakan Haji Qiran berihram untuk haji dan umrah sekaligus dari miqat, dan tidak melepaskan ihramnya hingga selesai kedua ibadah tersebut. Jamaah tetap dalam keadaan ihram sejak awal masuk miqat hingga selesai melakukan semua rukun dan wajib haji serta umrah.

Haji Qiran biasanya dilakukan oleh jamaah yang datang dari luar wilayah Miqat (seperti jamaah dari Indonesia) dan berniat menggabungkan keduanya tanpa memisahkan waktu pelaksanaan umrah dan haji.

Niat Haji Qiran

Niat merupakan elemen penting dalam pelaksanaan ibadah apa pun, termasuk haji. Niat membedakan antara ibadah satu dengan lainnya. Dalam Haji Qiran, niat dilakukan ketika seorang jamaah sampai di miqat, yaitu batas wilayah yang ditetapkan untuk memulai ihram.

Niat Haji Qiran berbeda dengan niat haji Tamattu’ atau Ifrad karena jamaah meniatkan umrah dan haji secara bersamaan. Oleh karena itu, niatnya pun mengandung dua unsur tersebut.

Adapun bentuk niat Haji Qiran sebagai berikut:

لَبَّيْكَ اللّهُمَّ حَجًّا وَعُمْرَةً

Labbaika Allahumma Hajjan wa ‘Umratan

Artinya: “Aku penuhi panggilan-Mu ya Allah untuk menunaikan haji dan umrah.”

Bisa juga ditambah dengan doa agar haji dan umrahnya diterima:

اللَّهُمَّ إِنِّي أُرِيدُ الحَجَّ وَالعُمْرَةَ فَيَسِّرْهُمَا لِي وَتَقَبَّلْهُمَا مِنِّي

Allahumma inni urîdul-hajja wal-‘umrata fa-yassirhumâ li wa taqabbalhumâ minnî

Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya aku ingin melaksanakan haji dan umrah, maka mudahkanlah keduanya untukku dan terimalah dariku.”

Setelah niat, jamaah akan langsung mengenakan pakaian ihram dan mulai menjalani larangan-larangan dalam ihram.

Dam dalam Haji Qiran

Dalam pelaksanaan Haji Qiran, jamaah diwajibkan membayar dam. Dam adalah denda atau tebusan yang wajib dibayarkan karena melaksanakan ibadah dengan ketentuan tertentu yang berbeda dari tata cara aslinya.

Karena jamaah melakukan dua ibadah (haji dan umrah) dalam satu waktu dan dengan satu ihram, maka sebagai kompensasi atas keistimewaan tersebut, jamaah wajib menyembelih hewan (biasanya kambing).

Jika tidak mampu menyembelih hewan, maka jamaah dapat menggantinya dengan berpuasa selama tiga hari di tanah suci dan tujuh hari setelah kembali ke tanah air, sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an:

“Barang siapa yang tidak mendapatkan (hewan hadyu) maka dia wajib berpuasa tiga hari dalam masa haji dan tujuh hari setelah kamu pulang. Itulah sepuluh hari yang sempurna.” (QS. Al-Baqarah: 196)

Jenis hewan yang dijadikan dam biasanya adalah kambing, atau satu ekor sapi/unta untuk tujuh orang jamaah.

Perbedaan Haji Qiran dengan Haji Ifrad dan Tamattu’

Agar lebih memahami Haji Qiran, penting juga membandingkannya dengan dua jenis haji lainnya, yaitu Haji Ifrad dan Haji Tamattu’. Berikut ini adalah perbedaan utamanya:

AspekHaji IfradHaji Tamattu’Haji Qiran
NiatHanya hajiUmrah terlebih dahulu, lalu hajiHaji dan umrah sekaligus
Waktu IhramDari miqat untuk hajiMiqat untuk umrah, lalu ihram lagi untuk hajiDari miqat untuk keduanya
UmrahTidak dilakukanDilakukan sebelum hajiDilakukan bersamaan dengan haji
Melepaskan IhramSetelah wukuf di ArafahSetelah umrah, lalu berihram lagiTidak melepas ihram sampai selesai semua ibadah
DamTidak wajibWajib damWajib dam

Dengan demikian, Haji Qiran bisa dianggap sebagai bentuk ibadah yang lebih berat dibandingkan dua jenis lainnya, karena jamaah harus menanggung dua ibadah dalam satu waktu dan tetap dalam keadaan ihram yang lama.

Contoh Niat Haji Qiran

Seperti disebutkan sebelumnya, niat haji qiran harus mencakup niat untuk haji dan umrah sekaligus. Berikut adalah contoh lengkap lafadz niat dan doa ketika berihram untuk Haji Qiran:

نَوَيْتُ الْحَجَّ وَالْعُمْرَةَ وَأَحْرَمْتُ بِهِمَا لِلَّهِ تَعَالَى

Nawaitul hajja wal ‘umrata wa ahramtu bihimâ lillâhi ta‘âlâ

Artinya: “Aku berniat haji dan umrah dan aku berihram untuk keduanya karena Allah Ta’ala.”

Setelah niat, jamaah disunnahkan membaca talbiyah:

لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ، لَبَّيْكَ لَا شَرِيكَ لَكَ لَبَّيْكَ، إِنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالْمُلْكَ، لَا شَرِيكَ لَكَ

Labbaikallahumma labbaik, labbaika laa syarika laka labbaik, innal hamda wan ni‘mata laka wal mulk, laa syarika lak.

Talbiyah ini terus dilantunkan selama dalam keadaan ihram sampai menjelang thawaf.

Tata Cara Pelaksanaan Haji Qiran

Pelaksanaan Haji Qiran mengikuti tata cara yang sama seperti haji pada umumnya, tetapi dengan niat dan urutan yang disesuaikan karena menggabungkan haji dan umrah dalam satu ihram. Berikut adalah tahap-tahap pelaksanaan Haji Qiran:

1. Ihram dari Miqat

Jamaah memulai ihram dari miqat yang telah ditentukan sesuai tempat datangnya. Saat itu jamaah meniatkan haji dan umrah sekaligus dan mengenakan pakaian ihram.

2. Thawaf Qudum

Setibanya di Makkah, jamaah melakukan Thawaf Qudum, yaitu thawaf tujuh putaran mengelilingi Ka’bah. Karena Haji Qiran menggabungkan umrah dan haji, thawaf ini juga menjadi bagian dari umrah.

3. Sa’i antara Shafa dan Marwah

Setelah thawaf, jamaah melakukan Sa’i, yaitu berjalan bolak-balik antara Bukit Shafa dan Marwah sebanyak tujuh kali. Dalam Haji Qiran, Sa’i ini berlaku untuk umrah sekaligus haji.

4. Tetap Berihram

Berbeda dengan Haji Tamattu’, jamaah tidak bertahallul (tidak memotong rambut) setelah selesai Sa’i. Jamaah tetap dalam keadaan ihram hingga seluruh rangkaian haji selesai.

5. Wukuf di Arafah (9 Dzulhijjah)

Wukuf adalah puncak ibadah haji yang dilakukan pada tanggal 9 Dzulhijjah. Jamaah berkumpul di Padang Arafah, berdoa, berzikir, dan memohon ampunan kepada Allah.

6. Mabit di Muzdalifah

Setelah wukuf, jamaah bergerak ke Muzdalifah untuk bermalam dan mengumpulkan batu kerikil untuk melontar jumrah.

7. Melontar Jumrah Aqabah

Pada tanggal 10 Dzulhijjah (hari Idul Adha), jamaah melontar Jumrah Aqabah dengan tujuh batu kerikil.

8. Menyembelih Dam

Karena Haji Qiran mewajibkan dam, maka pada hari yang sama, jamaah menyembelih hewan kurban sebagai dam.

9. Tahallul Awal

Setelah menyembelih hewan, jamaah mencukur rambut (tahallul). Dengan ini, sebagian larangan ihram telah gugur.

10. Thawaf Ifadhah

Jamaah kembali ke Masjidil Haram untuk melakukan Thawaf Ifadhah, yaitu thawaf haji yang merupakan rukun penting.

11. Sa’i (jika belum dilakukan)

Jika Sa’i belum dilakukan sebelumnya, maka jamaah melaksanakannya setelah Thawaf Ifadhah.

12. Mabit di Mina

Selanjutnya, jamaah bermalam di Mina selama 2-3 hari (tanggal 11-13 Dzulhijjah) untuk melontar tiga jumrah setiap hari.

13. Thawaf Wada’

Sebelum meninggalkan Makkah, jamaah wajib melaksanakan Thawaf Wada’ sebagai penghormatan perpisahan dengan Baitullah.

Haji Qiran merupakan pilihan ibadah yang menggabungkan haji dan umrah dalam satu niat dan satu waktu pelaksanaan. Meskipun pelaksanaannya lebih berat karena harus tetap dalam ihram lebih lama dan diwajibkan membayar dam, keutamaan dan nilai spiritualnya sangat besar.

Pemahaman yang baik tentang niat, tata cara, serta perbedaannya dengan jenis haji lain sangat penting agar jamaah dapat menjalankan ibadah ini dengan benar sesuai tuntunan syariat. 

Ingin menunaikan Haji Qiran dengan bimbingan terpercaya dan fasilitas terbaik? Bersama Arrayyan Al Mubarak, travel haji plus berpengalaman, Anda bisa menjalani ibadah haji dan umrah sekaligus dengan nyaman, aman, dan sesuai syariat. Pilih Paket Haji Plus Arrayyan Al Mubarak untuk pengalaman beribadah yang lebih tenang dan terfokus.

Menikah saat Ihram: Hukum dan Dalil Larangannya

Menikah saat Ihram: Hukum dan Dalil Larangannya

Menunaikan ibadah haji dan umrah merupakan salah satu momen sakral dalam kehidupan seorang muslim, di mana seluruh perhatian dan niat difokuskan hanya untuk menggapai ridha Allah SWT. Dalam proses pelaksanaannya, terdapat berbagai ketentuan yang harus dipatuhi, termasuk larangan-larangan saat mengenakan ihram. Salah satu larangan penting namun sering kurang disadari adalah tidak diperbolehkannya menikah atau menikahkan orang lain selama dalam keadaan ihram. Artikel ini akan membahas secara mendalam mengenai hukum menikah saat ihram, beserta dalil-dalil yang mendasarinya, agar setiap jamaah dapat menjalankan ibadahnya dengan benar dan penuh kekhusyukan.

Ketentuan Menikah saat Berihram

Dalam kondisi ihram, seorang muslim dilarang untuk melakukan pernikahan, baik sebagai pihak yang menikah maupun sebagai wali atau perantara dalam akad nikah. Bahkan, kegiatan seperti melamar pun termasuk dalam hal yang terlarang.

Mengapa Pernikahan Dilarang Saat Ihram?

Ibadah haji dan umrah merupakan momentum khusus bagi umat Islam untuk berkonsentrasi sepenuhnya kepada Allah SWT. Dalam kondisi ihram, seorang muslim berada dalam keadaan suci dan khusyuk yang ditujukan semata-mata untuk ibadah. Oleh karena itu, kegiatan yang berkaitan dengan duniawi, seperti pernikahan, dianggap dapat mengganggu kekhusyukan tersebut.

Akad nikah memiliki nuansa duniawi karena menjadi jalan untuk mendapatkan kenikmatan dan kesenangan dunia. Hal ini bertentangan dengan semangat ihram, yang mengharuskan seseorang untuk menahan diri dari berbagai bentuk kenikmatan dan fokus pada penghambaan. Maka dari itu, pernikahan saat sedang berihram dinilai tidak sesuai dengan ruh dan tujuan dari pelaksanaan ibadah haji dan umrah.

Dalil Pelarangan Menikah dalam Keadaan Ihram

Larangan menikah saat sedang dalam keadaan ihram didasarkan pada hadis Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Utsman bin Affan RA. Dalam hadis tersebut, Rasulullah SAW secara tegas menyatakan bahwa orang yang sedang berada dalam keadaan ihram tidak diperkenankan untuk melakukan pernikahan, tidak boleh menikahkan orang lain, dan tidak dibolehkan pula melamar.

Hadis ini menjadi landasan yang kuat bagi para ulama dalam menetapkan hukum larangan akad nikah selama dalam kondisi ihram. Maka, baik laki-laki maupun perempuan yang sedang berihram, wajib menghindari segala bentuk kegiatan yang berkaitan dengan pernikahan.

Ragam Larangan Lain Saat Ihram

Dalam pelaksanaan ibadah haji dan umrah, terdapat sejumlah larangan lain yang wajib dipatuhi oleh setiap jamaah yang sudah berniat dan memasuki kondisi ihram. Pelanggaran terhadap larangan ini dapat membatalkan ibadah atau mengharuskan membayar fidyah. Berikut adalah beberapa hal yang tidak diperbolehkan saat berihram:

1. Meninggalkan Kewajiban Ibadah Haji

Setiap kewajiban dalam haji seperti thawaf, sa’i, dan wukuf di Arafah harus dilaksanakan. Jika salah satu kewajiban tersebut ditinggalkan, maka ibadah haji menjadi tidak sah atau harus diganti dengan fidyah.

2. Mencukur atau Menghilangkan Rambut

Seorang yang sedang berihram tidak diperkenankan mencukur rambutnya, baik dari kepala maupun dari bagian tubuh lainnya. Larangan ini menunjukkan tanda kehormatan terhadap kondisi ihram.

3. Menggunting Kuku

Sama halnya dengan rambut, kuku juga tidak boleh dipotong selama berada dalam keadaan ihram, kecuali dalam keadaan darurat seperti luka atau kondisi medis tertentu.

4. Menutup Kepala bagi Laki-laki dan Wajah bagi Perempuan

Laki-laki dilarang menutup kepala dengan peci, topi, atau penutup lainnya selama berihram. Sedangkan perempuan tidak diperbolehkan menutup wajah, meskipun menggunakan cadar atau niqab. Namun, menutupi wajah tanpa menempel, seperti menggunakan kain yang digantung, masih diperbolehkan.

5. Memakai Pakaian Berjahit bagi Laki-laki

Laki-laki tidak boleh mengenakan pakaian yang dijahit sesuai bentuk tubuh seperti baju, celana panjang, atau pakaian dalam. Sebagai gantinya, mereka harus mengenakan kain ihram tanpa jahitan dan tanpa pola jahitan yang membentuk lekuk tubuh.

6. Menggunakan Wewangian

Segala jenis parfum atau bahan yang memiliki aroma harum dilarang digunakan selama ihram. Ini termasuk parfum pada pakaian, badan, maupun benda-benda lain seperti sabun atau krim yang wangi.

7. Memburu Hewan Darat yang Halal Dimakan

Membunuh atau memburu hewan darat yang halal untuk dikonsumsi tidak diperkenankan saat ihram, baik hewan tersebut berada di dalam maupun di luar tanah haram. Pelanggaran terhadap larangan ini juga mengharuskan adanya kompensasi tertentu.

8. Berhubungan Suami Istri (Jima’)

Melakukan hubungan intim selama dalam keadaan ihram adalah salah satu larangan terbesar. Bahkan, jika jima’ dilakukan sebelum tahallul pertama (sebelum bercukur atau memotong rambut setelah tahapan haji), maka hal tersebut bisa membatalkan haji.

9. Bermesraan atau Bercumbu di Luar Hubungan Intim

Meskipun tidak sampai berhubungan badan, kegiatan seperti mencium, menyentuh dengan syahwat, atau bercumbu tetap termasuk dalam hal yang dilarang selama ihram. Hal ini dimaksudkan agar jamaah tetap menjaga kekhusyukan dan kesucian niat ibadah.

Larangan-larangan yang berlaku selama ihram, termasuk larangan menikah, memiliki tujuan untuk menjaga kesucian ibadah haji dan umrah. Hal ini menegaskan bahwa ibadah tersebut bukan hanya sekadar serangkaian ritual fisik, melainkan juga merupakan bentuk penyucian jiwa dan penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah SWT. Mematuhi semua larangan selama ihram adalah wujud ketakwaan serta bukti bahwa kita memprioritaskan keridhaan Allah di atas segala hal, termasuk keinginan duniawi seperti pernikahan.

Menjalankan ibadah haji dan umrah bukan sekadar perjalanan spiritual, tetapi juga panggilan jiwa untuk berserah sepenuhnya kepada Allah. Di tengah semangat menjalankan ibadah, penting bagi setiap jamaah untuk memahami larangan ihram, termasuk larangan menikah yang kerap terlewatkan. Bersama travel haji Arrayyan Al Mubarak, Anda tak hanya mendapatkan kenyamanan perjalanan, tetapi juga bimbingan keilmuan yang mendalam seputar ibadah umrah dan haji. Dengan tim pembimbing berpengalaman dan paket haji plus dan umroh yang terstruktur rapi, Arrayyan Al Mubarak memastikan setiap langkah ibadah Anda sesuai tuntunan syariat—agar perjalanan ke tanah suci ini menjadi bekal abadi untuk akhirat.

Maqam Ibrahim Adalah? Sejarah, Keutamaan, hingga Larangan

Maqam Ibrahim Adalah? Sejarah, Keutamaan, hingga Larangan

Maqam Ibrahim adalah salah satu situs suci yang sangat dihormati di Masjidil Haram, Makkah. Meskipun sering disalahartikan sebagai kuburan oleh sebagian orang yang belum pernah berhaji atau umrah, Maqam Ibrahim sebenarnya adalah batu tempat Nabi Ibrahim berdiri ketika membangun Ka’bah. Batu ini menjadi monumen yang memiliki nilai historis dan spiritual bagi umat Islam. Artikel ini akan mengupas lebih dalam mengenai sejarah, makna, dan keutamaan Maqam Ibrahim dalam ibadah haji dan umrah.

Apa Itu Maqam Ibrahim?

Secara harfiah, kata “maqam” berarti tempat berdiri atau pijakan. Dalam konteks Maqam Ibrahim, ini merujuk pada batu yang menjadi pijakan Nabi Ibrahim saat meninggikan dinding Ka’bah. Batu ini memiliki warna yang khas, antara kekuning-kuningan dan kemerah-merahan. Berdasarkan penelitian Tahir al-Kurdi, tebal batu ini sekitar 20 cm dengan panjang 36 cm. Kedalaman jejak kaki Nabi Ibrahim di batu tersebut sekitar 9-10 cm, menunjukkan betapa kuatnya batu ini bertahan selama ribuan tahun.

Maqam Ibrahim ditempatkan di atas fondasi marmer yang tingginya 36 cm dan selebar satu meter. Fondasi ini melindungi batu dari kerusakan, serta memberikan ruang bagi jamaah yang ingin melaksanakan shalat sunnah di sekitarnya. Penting untuk diketahui bahwa Maqam Ibrahim bukanlah kuburan, melainkan batu yang menjadi saksi sejarah penting dalam pembangunan Ka’bah oleh Nabi Ibrahim dan putranya, Nabi Ismail.

Sejarah Maqam Ibrahim

Maqam Ibrahim memiliki sejarah yang panjang dan berkaitan erat dengan pembangunan Ka’bah. Dikisahkan bahwa Nabi Ibrahim mendapatkan perintah dari Allah untuk membangun Ka’bah sebagai rumah ibadah pertama di bumi. Selama proses pembangunan, Nabi Ibrahim menggunakan batu ini sebagai pijakan agar bisa mencapai bagian yang lebih tinggi dari dinding Ka’bah. Jejak kaki Nabi Ibrahim yang terlihat jelas pada batu tersebut adalah bukti fisik dari kontribusinya dalam pembangunan Ka’bah.

Setelah pembangunan Ka’bah selesai, maqam ini tetap berada di dekat dinding Ka’bah sebagai simbol dari perjuangan dan pengabdian Nabi Ibrahim kepada Allah. Seiring berjalannya waktu, Ka’bah mengalami beberapa kali renovasi. Salah satunya pada tahun 18 Sebelum Hijriyah, di mana tinggi Ka’bah ditingkatkan oleh kaum Quraisy menjadi 8,64 meter dari sebelumnya 4,32 meter. Perubahan ini juga memengaruhi posisi maqam ini, yang tetap berada di dekat Ka’bah namun mengalami beberapa kali pemindahan demi kepentingan ibadah umat Islam yang semakin bertambah.

Relokasi dan Renovasi Maqam Ibrahim

Posisi Maqam Ibrahim telah mengalami beberapa kali relokasi. Pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab, Bangunan ini dipindahkan dari dinding Ka’bah untuk memberikan ruang lebih bagi para jamaah yang sedang melaksanakan tawaf. Pemindahan ini dilakukan dengan hati-hati agar tidak mengganggu fungsi dan nilai historis dari batu tersebut. Umar bin Khattab mengambil langkah ini karena jumlah jamaah yang melaksanakan haji dan umrah terus meningkat, sehingga area di sekitar Ka’bah harus lebih lapang.

Renovasi besar terhadap Maqam Ibrahim terjadi pada tahun 1967, ketika bangunan pelindung batu tersebut diubah menjadi kotak kaca kristal yang dilapisi dengan emas dan perak. Kaca ini memiliki ketebalan 10 cm, tahan panas, dan antipecah. Renovasi ini bertujuan untuk melindungi bangunan ini dari kerusakan akibat kontak fisik langsung oleh para jamaah yang ingin melihat atau menyentuhnya. Pada masa pemerintahan Raja Fahd bin Abdul Aziz, pelindung Maqam Ibrahim diperbarui dengan lapisan tembaga yang dilapisi emas, sehingga meningkatkan perlindungannya.

Biaya renovasi ini mencapai 2 juta riyal, dan selesai pada tahun 1418 Hijriyah. Selain itu, fondasi Maqam Ibrahim diganti dari granit hitam menjadi marmer putih, dengan bagian bawah dilapisi granit kebiru-biruan. Langkah-langkah ini diambil untuk menjaga integritas situs suci ini agar tetap terjaga keaslian dan keindahannya.

Keutamaan Maqam Ibrahim dalam Ibadah

Maqam Ibrahim memiliki keutamaan tersendiri dalam rangkaian ibadah haji dan umrah. Salah satu ibadah sunnah yang dianjurkan setelah menunaikan tawaf adalah shalat dua rakaat di dekat Maqam Ibrahim. shalat ini termasuk dalam ibadah sunnah yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW, dan banyak jamaah yang berusaha melakukannya meskipun harus berdesak-desakan dengan jamaah lain.

Namun, pada musim haji, melaksanakan shalat sunnah di dekat maqam ini menjadi tantangan tersendiri. Karena lokasi ini sangat ramai, para petugas atau askar sering kali harus mengatur jamaah yang ingin melaksanakan shalat, bahkan terkadang memindahkan mereka yang mengganggu arus tawaf. Meskipun shalat dua rakaat di Maqam Ibrahim hanya bersifat sunnah, banyak jamaah yang ingin melaksanakannya karena keutamaan dan keistimewaan tempat tersebut.

Selain menjadi tempat shalat sunnah, Maqam Ibrahim juga menjadi tempat bagi umat Islam untuk merenungkan sejarah perjuangan Nabi Ibrahim dalam membangun Ka’bah. Batu ini bukan hanya simbol fisik, tetapi juga pengingat akan keteguhan iman dan ketaatan Nabi Ibrahim kepada Allah. Oleh karena itu, Maqam Ibrahim memiliki tempat istimewa di hati setiap muslim yang melaksanakan haji dan umrah.

Larangan dan Peringatan di Sekitar Maqam Ibrahim

Meskipun Maqam Ibrahim memiliki nilai spiritual yang tinggi, terdapat beberapa larangan yang harus diperhatikan oleh jamaah. Salah satu larangan utama adalah mengusap-usap atau menyentuh batu Maqam Ibrahim dengan keyakinan bahwa tindakan tersebut akan membawa berkah. Tindakan semacam ini dikhawatirkan mengandung unsur penyembahan atau penghormatan yang berlebihan, yang dapat menjurus pada syirik. Oleh karena itu, para petugas sering kali mengingatkan jamaah untuk tidak melakukan hal tersebut.

Larangan lain yang sering diabaikan oleh jamaah adalah berdoa di dekat Maqam Ibrahim dengan cara yang berlebihan. Beberapa jamaah percaya bahwa doa yang dipanjatkan di tempat tersebut akan lebih mustajab atau cepat terkabul. Meskipun berdoa adalah bagian dari ibadah yang dianjurkan, berlebihan dalam berdoa atau menempelkan keyakinan khusus pada Maqam Ibrahim dapat menyebabkan distorsi dalam pemahaman ajaran Islam yang murni.

Maqam Ibrahim bukan hanya sebuah batu yang terletak di Masjidil Haram, melainkan sebuah simbol penting dalam sejarah dan ajaran Islam. Sebagai tempat pijakan Nabi Ibrahim ketika membangun Ka’bah, maqam ini menjadi saksi bisu perjuangan dan ketaatan seorang nabi yang sangat dicintai oleh Allah. Meski banyak yang keliru mengaitkan Maqam Ibrahim dengan kuburan, pemahaman yang benar tentang situs ini penting agar umat Islam dapat mengambil pelajaran dan keutamaan yang sebenarnya.

Sebagai tempat ibadah, Maqam Ibrahim memiliki peran khusus dalam pelaksanaan haji dan umrah, terutama sebagai tempat untuk melaksanakan shalat sunnah setelah tawaf. Meskipun demikian, jamaah harus tetap mematuhi aturan dan larangan yang berlaku agar ibadah yang dilakukan tetap sesuai dengan syariat Islam.

Terkait haji dan umroh, Anda bisa meraih kesempurnaan ibadah di Tanah Suci dengan Paket Umroh dan Haji dari Arrayyan Al Mubarak, Anda akan mendapatkan pengalaman spiritual yang mendalam, termasuk berkesempatan berdoa di tempat suci Maqam Ibrahim—salah satu titik yang penuh keberkahan dan sejarah agung.

Mari wujudkan impian suci Anda bersama Arrayyan Al Mubarak. Segera daftar sekarang dan nikmati Paket Umroh dan Haji yang tak hanya memberikan kemudahan, tapi juga menuntun Anda menuju kesempurnaan ibadah. Yuk segera hubungi kami di 021 2128 5678 atau info@arrayyan.travel. Arrayyan Al Mubarak – Mengantarkan Anda Menuju Ridho Allah di Tanah Suci. 

Hijir Ismail: Sejarah, Misteri, dan Keutamaannya

Hijir Ismail: Sejarah, Misteri, dan Keutamaannya

Banyak jamaah dari Indonesia yang pergi ke Mekah dan ingin pergi juga ke Hijir Ismail. Tempat yang satu ini memiliki pagar setengah lingkaran yang ada di sebelah utara Ka’bah. Tinggi pagar tersebut adalah 1,3 m dan panjangnya sekitar 21,5 meter. Tempat ini merupakan tempat yang cukup terkenal bagi jamaah Masjidil Haram karena banyaknya doa yang diijabah oleh Allah di sana. 

Tempat ini sempat tidak bisa diakses dan disentuh oleh para jamaah pada saat era pandemi. Kalau pada saat keadaan normal, banyak jamaah akan berusaha untuk masuk ke tempat ini lewat 2 pintu yang ada. Mereka rela berdesak-desakan untuk bisa masuk dan salat serta memanjatkan doa di sana. 

Akan cukup sulit untuk shalat secara sempurna di sana karena kapasitas jamaahnya yang cukup banyak dan waktunya juga dibatasi. Beberapa bagian dari tempat ini merupakan bagian dari Ka’bah sehingga masuk ke dalam tempat ini sama saja seperti ada di dalam Ka’bah. 

Ketika Aisyah ingin masuk ke Ka’bah dan ingin salat di dalamnya, Rasulullah membawanya ke Hijir Ismail dan menyuruhnya salat di sana kalau dia ingin salat di Ka’bah karena Hijir Ismail merupakan bagian dari Ka’bah. 

Banyak riwayat yang menyebutkan kalau Hijir Ismail tadinya adalah kamar Ismail bersama ibunya. Tempatnya tadinya hanyalah pondasi batu yang ditutup menggunakan dedaunan. Dilakukan perbaikan oleh masyarakat Quraisy pada umur Nabi Muhammad masih 35 tahun tapi karena kekurangan biaya maka bagian Barat dan Timur 

Ka’bah akhirnya dikurangi sebanyak 3 m sehingga Hijir Ismail menjadi lebih luas sebanyak 3 m. Hal ini juga dikonfirmasi oleh Aisyah yang mengatakan kalau saat kaum Nabi Muhammad membangun Ka’bah mereka mengurangi pondasi-pondasi yang sudah dibangun oleh Nabi Ibrahim. Beribadah di tempat ini bisa membuat dosa dosa yang kita perbuat diampuni oleh Allah. 

Menyingkap Misteri Hijir Ismail

Hijir Ismail
Gambar Hijir Ismail

Hijir artinya kamar atau tempat yang memiliki dinding pengaman. Hijir Ismail tadinya merupakan bagian dari Ka’bah dan tadinya berbentuk bulat telur tetapi karena Ka’bah diperbaiki oleh suku Quraisy maka Ka’bah akhirnya diperkecil dan akhirnya dibuat segi empat seperti saat ini.

Jadi, apa itu Hijir Ismail? Artinya, Hijir Ismail adalah kamar atau tempat Ismail yang memiliki dinding pengaman yang tadinya menjadi bagian Ka’bah. 

Hijir Ismail adalah bagian dari Ka’bah dan orang yang shalat di dalam tempat ini juga sama saja seperti salat di dalam Ka’bah. Hijir Ismail merupakan tempat yang disunnahkan untuk shalat di dalamnya. Terdapat malaikat yang mengatakan kalau orang yang masuk dan salat sebanyak 2 rakaat di tempat ini maka dosa-dosanya diampuni. 

Nabi Muhammad juga menyarankan kepada Aisyah untuk salat di Hijir Ismail saat Aisyah ingin salat di dalam Ka’bah. Tempat ini dijaga dengan ketat oleh penjaga yang ada di Mekah karena sering membludaknya pengunjung. Dikatakan juga kalau tempat ini merupakan tempat yang akan memenuhi doa-doa yang kita panjatkan. 

Pernah Nabi Ismail mengeluh kepada Allah Karena Kota Mekah yang sangat panas sehingga Allah langsung menurunkan wahyu kepada Ismail. Allah langsung membuka pintu surga yang memberikan hawa dingin untuk Nabi Ismail sampai hari kiamat. Hijir Ismail memiliki 2 makam dari orang yang sangat penting yaitu Nabi Ismail dan Siti Hajar. 

Memutari Ka’bah sama seperti kita memutari kedua tokoh ini. Kita memang tidak bisa menemukan prasasti khusus di dalam Hijir Ismail tetapi terdapat bangunan setengah lingkaran di dalamnya dan banyak orang yang percaya kalau di tempat itulah Siti Hajar dimakamkan. 

Hijir Ismail mengajarkan kita untuk mengingat Siti Hajar yang merupakan budak kulit hitam tetapi setelah diberikan kepada Nabi Ibrahim, bisa mengandung Nabi Ismail dan keturunannya melahirkan Nabi Muhammad. 

Siti Hajar adalah perempuan yang sangat tekun dalam membesarkan Nabi Ismail. Kita tidak pernah boleh menganggap rendah perempuan kulit hitam karena sulit untuk hidup sebagai mereka tetapi mereka tidak pernah menyerah dalam menjalani hidup. Pastinya tidak ada orang yang bisa dikuburkan lagi di Hijir Ismail dan pastinya Siti Hajar dan nabi Ismail akan sangat senang karena selalu dikunjungi orang di makam mereka. 

Larangan Shalat Fardhu di Hijir Ismail

Hijr Ismail merupakan tempat yang sering didatangi oleh jamaah haji dan umroh tetapi kita tidak boleh shalat fardhu di sana. Ulama menyarankan untuk tidak melakukan salat fardu karena Rasulullah sendiri saja tidak pernah melakukannya di sana. 

Dikatakan juga kalau melakukan shalat fardhu di dalam Ka’bah dan Hijr Ismail tidak akan sah. Itu kenapa lebih baik untuk melaksanakan shalat fardhu di luar Ka’bah untuk mengikuti hal-hal yang dilakukan Rasulullah. Dikatakan juga kalau mereka yang tawaf tidak akan sah tawaf nya kalau mereka Masuk dari pintu dekat rukun syami dan keluar dari rukun iraqi. Karena artinya ia tawaf di dalam Ka’bah, Padahal tawaf artinya adalah mengelilingi Ka’bah. 

Hijr Ismail merupakan bagian dari Ka’bah sehingga shalat Sunnah di dalamnya mengartikan juga salat di dalam Ka’bah. Pada saat pembebasan kota Mekah Rasulullah salat di sana dan saat Aisyah ingin salat di dalam Ka’bah, Rasulullah mengajak Aisyah untuk shalat di dalam Hijr Ismail karena Hijir Ismail merupakan bagian dari Ka’bah. 

Hijir Ismail dinamakan demikian karena merupakan tempat dimana Nabi Ibrahim meletakkan anak dan kambingnya yang ditutupi oleh pohon arak. Tempat ini juga disebut dengan nama lain seperti Al Hijr. Ada juga jidr yang merupakan dinding tembok.

Ada juga haflah Ismail yang artinya lubang karena tempat ini tadinya lubang sebelum pondasi Ka’bah diangkat. Terakhir, tempat ini juga disebut sebagai hatem yang artinya adalah runtuhan. Beberapa kalangan memanggil tempat ini sebagai Hijr Ismail karena terdapat kuburan Nabi Ismail dan juga beberapa mengatakan kalau ada kuburan Siti Hajar juga. 

Melewati Hijir Ismail ketika Tawaf

Ada cukup banyak jamaah yang masuk ke Hijr Ismail ketika tawaf dan keluar lewat pintu lainnya. Mereka mungkin berfikir kalau hal ini adalah cara tercepat tetapi padahal hal ini salah. Mereka tidak sedang melakukan tawaf, sesuai dengan firman Allah.

“Dan hendaklah mereka melakukan thawaf sekeliling rumah yang tua itu (Baitullah).” SQ. Al-Hajj: 29

Nabi Muhammad melakukan tawaf di sekitar Ka’bah dan kau seseorang melakukan tawaf di dalam Hijir Ismail maka ia tidak sedang tawaf dan tawafnya tidak sah. Hal ini sangat penting, terutama kalau tawafnya adalah tawaf rukun. 

Supaya hal ini tidak terjadi maka kita harus menjelaskan kalau tawaf tidak akan sah kecuali kalau kita mengelilingi seluruh bangunan Ka’bah termasuk mengelilingi Hijir Ismail. 

Nabi Ismail juga tidak tahu tentang adanya tempat ini. Ada beberapa orang yang juga thawaf dengan tidak membuat Ka’bah ada di sebelah kirinya, padahal kalau mereka mau tawaf mereka sah maka mereka harus membuat Ka’bah ada di sebelah kiri mereka. 

Kalau Ka’bah dibuat menjadi ada di depan mereka maka itu adalah kebalikan dari arah yang seharusnya. Kamu harus selalu memperhatikan tentang hal ini ketika menjalankan proses tawaf. Beberapa orang juga membuat Ka’bah ada di belakang mereka atau di depan mereka karena terasa sesak. 

Kamu harus selalu berhati-hati dalam menjalankan ibadah karena ada ketentuan khusus yang harus kamu ikuti ketika beribadah. Cara terbaik untuk bisa menghindari kesalahan adalah dengan bertanya kepada orang yang lebih ahli sehingga jalan yang kamu ambil tidak sia-sia. 

FAQ Hijr Ismail

Berikut ini adalah jawaban atas pertanyaan yang sering dilontarkan terkait Hijir Ismail.

Kenapa Dinamakan Hijir Ismail?

Hijir Ismail dinamakan demikian karena diyakini sebagai bagian dari area yang dibangun oleh Nabi Ibrahim dan putranya, Nabi Ismail. Hijir Ismail merupakan bagian dari dinding luar Ka’bah yang berbentuk setengah lingkaran dan terbuka di bagian atasnya. Menurut tradisi Islam, lokasi ini digunakan oleh Nabi Ibrahim dan Ismail saat membangun Ka’bah. Area ini juga dikenal sebagai tempat di mana Hajar, ibu Nabi Ismail, tinggal bersama putranya saat mereka pertama kali tiba di Mekkah.

Sholat Apa yang Dilakukan di Hijir Ismail?

Di Hijir Ismail, umat Muslim sering melaksanakan shalat sunnah. Shalat sunnah yang dikerjakan di tempat ini memiliki keutamaan khusus karena Hijir Ismail dianggap sebagai bagian dari Ka’bah. Oleh karena itu, melaksanakan shalat di area ini dianggap seperti melaksanakan shalat di dalam Ka’bah itu sendiri. Umat Muslim biasanya melakukan shalat sunnah dua rakaat sebagai bentuk ibadah dan memohon keberkahan.

FAQ Hijir Ismail

Berikut ini adalah pertanyaan yang sering diajukan beserta jawabannya terkait dengan topik Hijir Ismail.

Hijir Ismail Adalah Apa?

Hijir Ismail adalah bangunan yang bentuknya setengah lingkaran yang letaknya berada di sebelah utara Ka’bah, Masjidil Haram.

Demikian pembahasan tentang Hijir Ismail. Ingat! Pilih Arrayyan Travel, biar Kamu bisa mendapatkan kemudahan dalam mencapai Hijir Ismail, saat ibadah haji dan umroh. Lihat paket umrah dan paket haji kami ya!

Bacaan Talbiyah Haji dan Umroh Lengkap dengan Artinya

Bacaan Talbiyah Haji dan Umroh Lengkap dengan Artinya

Talbiyah adalah salah satu bacaan yang wajib atau disunnahkan untuk dilafalkan dalam rangkaian ibadah haji dan umrah. Bacaan ini menjadi bentuk jawaban atas panggilan Allah SWT serta pengakuan terhadap keesaan-Nya. Artikel ini mengulas secara lengkap bacaan talbiyah, waktu pelafalannya, hukum yang mengatur, dan makna di balik kalimat talbiyah.

Apa itu Talbiyah?

Dalam bahasa Arab, kata “talbiyah” berarti pemenuhan, jawaban, atau pengabulan atas sebuah panggilan. Menurut Buku Tuntunan Manasik Haji dan Umrah Kementerian Agama (2020), istilah talbiyah merujuk pada kalimat yang diucapkan oleh jemaah untuk memenuhi panggilan Allah SWT saat memasuki ihram untuk haji atau umrah.

Makna Spiritual Talbiyah

Talbiyah bukan sekadar bacaan, melainkan wujud pengakuan terhadap keesaan Allah SWT (tauhid) dan deklarasi ketundukan total kepada-Nya. Bacaan ini mengajarkan bahwa hanya Allah-lah yang layak disembah, dan segala bentuk pujian serta kekuasaan hanyalah milik-Nya.

Para ulama memiliki pandangan berbeda mengenai hukum membaca talbiyah. Menurut Imam Abu Hanifah, talbiyah adalah syarat sah ihram, sementara Imam Maliki berpendapat bahwa bacaan ini hukumnya wajib. Di sisi lain, Imam Syafi’i dan Imam Ahmad bin Hanbal menilai bacaan ini sebagai amalan sunah yang sangat dianjurkan.

Bacaan Talbiyah Haji dan Umroh

Berikut adalah teks bacaan talbiyah haji dan umroh yang diajarkan oleh Rasulullah SAW dan para sahabatnya:

Teks Bacaan Talbiyah

لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ، لَبَّيْكَ لَا شَرِيْكَ لَكَ لَبَّيْكَ، إِنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالْمُلْكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ

Latin:

Labbaikallahumma labbaik, labbaika la syarika laka labbaik. Innal hamda wan ni’mata laka wal mulk. La syarika laka.

Artinya:

“Aku datang memenuhi panggilan-Mu ya Allah, aku datang memenuhi panggilan-Mu. Tiada sekutu bagi-Mu, aku datang memenuhi panggilan-Mu. Sesungguhnya segala puji, nikmat, dan kekuasaan hanyalah milik-Mu. Tidak ada sekutu bagi-Mu.”

Menurut hadits yang diriwayatkan oleh Syekh Sa’id bin Muhammad Ba’asyin, lafal talbiyah yang paling dianjurkan adalah yang dibaca oleh Rasulullah SAW. Bacaan ini juga menjadi pengingat untuk menjauhkan diri dari syirik, yaitu menyekutukan Allah SWT dengan sesuatu.

Kapan Bacaan Talbiyah Dilafalkan?

Bacaan talbiyah dibaca oleh jemaah setelah mereka berniat ihram di miqat. Miqat adalah tempat tertentu yang telah ditetapkan sebagai batas awal bagi seseorang untuk memulai ihram. Bacaan talbiyah menjadi tanda seseorang telah memulai ritual suci dalam ibadah haji atau umrah.

Momen Akhir Talbiyah

  1. Untuk Umrah: Bacaan talbiyah berakhir ketika jemaah memulai tawaf di Masjidil Haram.
  2. Untuk Haji: Talbiyah dihentikan setelah jemaah selesai melempar jumrah aqabah pada tanggal 10 Dzulhijah. Setelah itu, bacaan talbiyah digantikan dengan takbir.

Ketentuan Membaca Talbiyah

Terdapat beberapa aturan yang harus dipatuhi ketika membaca talbiyah, baik dalam haji maupun umrah:

  1. Jemaah Laki-laki: Disunnahkan membaca talbiyah dengan suara keras, seperti yang dilakukan oleh Rasulullah SAW dan para sahabatnya. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik, disebutkan bahwa Nabi dan para sahabat mengeraskan suara saat bertalbiyah.
  2. Jemaah Perempuan: Disarankan membaca talbiyah dengan suara pelan untuk menjaga kehormatan dan menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
  3. Waktu Pelafalan: Bacaan talbiyah dimulai setelah niat ihram di miqat hingga jemaah tiba di Masjidil Haram atau selesai melempar jumrah aqabah, tergantung pada jenis ibadah yang dilaksanakan.
  4. Jumlah Pengulangan: Bacaan talbiyah diulang tiga kali dan dilanjutkan dengan membaca shalawat serta doa setelah shalawat.

Makna Kalimat Talbiyah

Talbiyah memiliki makna mendalam yang mencerminkan tauhid dan ketundukan penuh kepada Allah SWT. Kalimat ini terdiri dari beberapa pengakuan penting:

  1. Pemenuhan Panggilan: “Labbaik” berarti “Aku datang memenuhi panggilan-Mu,” menunjukkan kesiapan seorang hamba untuk menjalankan perintah Allah.
  2. Keikhlasan: Kalimat “la syarika laka” (tidak ada sekutu bagi-Mu) menegaskan pengakuan terhadap keesaan Allah SWT dan pengingkaran terhadap segala bentuk kemusyrikan.
  3. Pujian dan Syukur: “Innal hamda wan ni’mata laka wal mulk” (Sesungguhnya segala puji, nikmat, dan kekuasaan hanyalah milik-Mu) mencerminkan rasa syukur dan pengakuan bahwa segala sesuatu berasal dari Allah SWT.

Shalawat Setelah Bacaan Talbiyah

Setelah membaca talbiyah, jemaah dianjurkan untuk melanjutkan dengan shalawat sebagai bentuk penghormatan kepada Nabi Muhammad SAW. Berikut adalah teks shalawat yang biasa dibaca:

Teks Shalawat

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

Artinya:

“Ya Allah, berilah kesejahteraan dan keselamatan kepada junjungan kami Nabi Muhammad serta keluarganya.”

Shalawat ini menjadi pelengkap setelah talbiyah dan merupakan bentuk kecintaan serta doa untuk Nabi Muhammad SAW.

Hukum Membaca Talbiyah

Berikut ini adalah pembahasan tentang hukum membaca talbiyah:

Pandangan Ulama

Para ulama memiliki pandangan berbeda mengenai hukum membaca talbiyah:

  1. Imam Maliki: Melafalkan talbiyah hukumnya wajib.
  2. Imam Syafi’i dan Imam Ahmad bin Hanbal: Hukum membaca talbiyah adalah sunah yang sangat dianjurkan.
  3. Imam Abu Hanifah: Talbiyah merupakan syarat sah ihram, sehingga harus dilafalkan untuk memastikan keabsahan ibadah.

Mengeraskan Suara bagi Laki-laki

Menurut hadits yang diriwayatkan oleh Abu Qalabah, Nabi Muhammad SAW dan para sahabat mengeraskan suara saat membaca talbiyah selama ihram. Ini menunjukkan bahwa mengeraskan suara dalam talbiyah memiliki keutamaan tersendiri bagi laki-laki.

Bacaan talbiyah adalah inti dari perjalanan spiritual haji dan umrah. Selain menjadi jawaban atas panggilan Allah SWT, talbiyah mencerminkan tauhid, keikhlasan, serta rasa syukur kepada-Nya. Membaca talbiyah tidak hanya menjadi syarat atau amalan sunnah dalam ihram, tetapi juga mengandung pengakuan mendalam tentang keesaan Allah dan kekuasaan-Nya.

Dengan memahami makna dan ketentuan talbiyah, jemaah dapat melafalkannya dengan penuh penghayatan. Semoga setiap talbiyah yang diucapkan menjadi pengingat untuk tetap setia pada Allah SWT dan menjauhi segala bentuk kemusyrikan.

Lengkapi pengalaman ibadah haji Anda dengan memahami makna talbiyah bersama kami. Daftarkan diri untuk Paket Haji Khusus dan Furoda Arrayyan Al Mubarak. Nikmati perjalanan ibadah yang nyaman dan berkesan dengan fasilitas premium serta bimbingan manasik lengkap dari Arrayyan Al Mubarak. Hubungi kami sekarang dan wujudkan mimpi menuju Baitullah dengan sempurna!

Apa Itu Tasreh Haji dan Umrah? Cara Membuat dan Artinya

Apa Itu Tasreh Haji dan Umrah? Cara Membuat dan Artinya

Masjid Nabawi di Madinah adalah salah satu destinasi utama bagi para jemaah haji dan umrah. Salah satu area yang paling dirindukan untuk dikunjungi adalah Raudhah, tempat istimewa yang disebut sebagai taman dari taman-taman surga. Namun, untuk memasuki Raudhah, diperlukan surat izin khusus yang disebut tasreh. Artikel ini akan membahas apa itu tasreh, bagaimana cara membuatnya, dan pentingnya Raudhah dalam Islam.

Apa Itu Tasreh Haji dan Umrah?

Tasreh adalah surat izin resmi yang dikeluarkan oleh Pemerintah Arab Saudi untuk jemaah haji dan umrah yang ingin mengunjungi Raudhah di Masjid Nabawi. Surat ini dikeluarkan melalui sistem yang terintegrasi dan dikelola oleh petugas bimbingan ibadah di Kantor Daerah Kerja (Daker) Madinah.

Fungsi Tasreh

Tasreh berfungsi sebagai panduan jadwal masuk ke Raudhah bagi jemaah haji atau umrah. Surat ini memastikan setiap rombongan memiliki waktu khusus untuk mengunjungi Raudhah, sehingga dapat menghindari kerumunan yang berlebihan di area tersebut. Hal ini sangat penting mengingat Raudhah adalah tempat suci yang perlu dijaga kesakralannya.

Batasan Tasreh

  • Hanya diberikan satu kali untuk setiap kloter.
  • Jemaah yang melewatkan jadwal yang telah ditentukan tidak dapat meminta tasreh baru.
  • Penggunaan tasreh hanya diperbolehkan sesuai jadwal dan tidak boleh disalahgunakan atau dipalsukan.

Cara Membuat Tasreh untuk Haji dan Umrah

Proses pembuatan tasreh dilakukan oleh petugas bimbingan ibadah dengan memanfaatkan aplikasi berbasis digital seperti E-Hajj. Berikut adalah langkah-langkah dalam pembuatan dan penggunaannya:

  1. Pengajuan Tasreh: Petugas bimbingan ibadah di Daker Madinah mengajukan tasreh melalui aplikasi E-Hajj. Informasi yang diperlukan meliputi nama rombongan, nomor kloter, dan jadwal masuk ke Raudhah.
  2. Penerbitan Tasreh: Setelah data diproses, tasreh diterbitkan untuk setiap kloter. Tasreh ini mencakup jadwal yang jelas mengenai waktu masuk ke Raudhah.

Keistimewaan Raudhah dalam Islam

Raudhah memiliki arti khusus dalam Islam karena tempat ini merupakan lokasi Rasulullah SAW memimpin shalat, menerima wahyu, dan beribadah. Area ini berada di antara mimbar dan rumah Rasulullah, seperti yang disebutkan dalam hadis:

“Di antara rumahku dan mimbarku, terletak sebuah raudhah (taman) dari taman-taman surga.” (HR. Bukhari)

Luas dan Lokasi

Raudhah memiliki luas sekitar 26 x 15 meter. Meski tidak terlalu besar, tempat ini mampu menampung sejumlah besar jemaah yang ingin berdoa atau beribadah. Karena kapasitasnya yang terbatas, jemaah perlu mengantre untuk mendapatkan giliran masuk.

Keutamaan Raudhah

Beberapa ulama menyebutkan bahwa Raudhah adalah tempat yang penuh berkah, di mana doa lebih mustajab untuk dikabulkan oleh Allah SWT. Tempat ini juga memberikan kenyamanan dan ketenangan bagi hati, sehingga menjadi lokasi favorit bagi para jemaah untuk memanjatkan doa dan harapan.

Alur Ziarah Raudhah dengan Tasreh

Bagi jemaah yang sudah mendapatkan tasreh, berikut adalah alur ziarah yang perlu diikuti:

  1. Penerbitan Tasreh:Pemerintah Arab Saudi memfasilitasi penerbitan tasreh bagi jemaah melalui Daker Madinah.
  2. Penyerahan Tasreh: Tasreh diserahkan kepada petugas sektor khusus di Masjid Nabawi.
  3. Pemberitahuan Jadwal: Jadwal ziarah disampaikan kepada petugas kloter dan jemaah terkait.
  4. Kumpul di Titik Antrean: Jemaah berkumpul di pintu 360 Masjid Nabawi, setidaknya 30 menit sebelum jadwal.
  5. Pemeriksaan dan Masuk: Tasreh diperiksa melalui barcode scanning oleh petugas Masyarik, dan jemaah dipandu masuk ke dalam Raudhah.

Titik Pemeriksaan Tasreh

Selain digunakan untuk masuk ke Raudhah, tasreh juga diperlukan untuk memastikan aktivitas jemaah sesuai dengan prosedur resmi. Ketua PPIH Arab Saudi, Nasrullah Jasam, menjelaskan bahwa pemeriksaan tasreh dilakukan di beberapa titik, seperti Zaidi dan Syumaisi, terutama bagi jemaah yang menuju ke Makkah. Hal ini bertujuan untuk memastikan jemaah memiliki visa haji atau umrah yang sah dan tidak terlantar selama perjalanan.

Tips Sebelum Masuk Raudhah

Bagi jemaah yang memiliki jadwal masuk ke Raudhah, berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan:

  1. Persiapkan Perbekalan: Bawa air minum, makanan ringan, serta perlengkapan ibadah.
  2. Lindungi Diri dari Cuaca: Gunakan topi, payung, atau kacamata hitam untuk melindungi diri dari sinar matahari yang terik, terutama saat jadwal masuk siang hari.
  3. Patuhi Aturan: Gunakan pakaian resmi seperti batik jemaah haji, kenakan ID card, dan ikuti arahan petugas.
  4. Datang Lebih Awal: Pastikan berada di titik antrean setidaknya 30 menit sebelum jadwal untuk menghindari keterlambatan.

Pentingnya Mematuhi Peraturan Tasreh

Tasreh dikeluarkan untuk memastikan kelancaran ibadah di tempat suci seperti Raudhah. Oleh karena itu, jemaah diharapkan untuk mematuhi aturan, seperti:

  • Tidak mengubah data atau memalsukan tasreh.
  • Tidak mendaftarkan diri secara pribadi di aplikasi Nusuk jika sudah terdaftar melalui kloter, karena dapat menyebabkan pembatalan kolektif.

Petugas juga mengimbau agar jemaah segera melapor jika terdapat kesalahan data pada tasreh untuk menghindari masalah selama proses ibadah.

Tasreh haji dan umrah adalah salah satu bentuk pelayanan dari Pemerintah Arab Saudi untuk memudahkan jemaah mengakses tempat-tempat suci seperti Raudhah. Dengan mengikuti prosedur pembuatan dan aturan penggunaan tasreh, jemaah dapat menjalankan ibadah dengan lebih tertib dan nyaman. Selain itu, penting bagi jemaah untuk memahami keutamaan Raudhah dan menghormati tempat suci ini selama berziarah. Semoga ibadah yang dilakukan di Raudhah membawa berkah dan diterima oleh Allah SWT.

Nikmati pengalaman haji dan umrah yang nyaman dengan Arrayyan Al Mubarak. Kami menawarkan paket haji plus khusus dan furoda. Dengan layanan profesional, ibadah Anda di tempat suci menjadi lebih tertata. Daftar sekarang untuk perjalanan ibadah haji yang berkesan! Hubungi Whatsapp Kami segera untuk informasi lebih lanjut.

Doa Manasik Haji dan Artinya dengan Teks Arab dan Latin

Doa Manasik Haji dan Artinya dengan Teks Arab dan Latin

Pelaksanaan manasik haji melibatkan serangkaian doa yang dibaca pada berbagai tahapan ibadah, setiap doa memiliki makna dan tujuan tertentu sesuai dengan ritual yang dilakukan. Doa-doa tersebut disusun dalam teks Arab sebagai panduan pengucapan, diikuti dengan transliterasi Latin untuk memudahkan pembacaan, serta terjemahan dalam bahasa Indonesia agar maknanya dapat dipahami.

Daftar Doa Manasik Haji dan Artinya

Berikut ini adalah kumpulan doa manasik haji dan artinya yang telah Arrayyan Al Mubarak susun: 

1. Doa saat Berangkat

Doa manasik haji pertama yakni bacaan ketika memulai perjalanan haji, bacaan yang dianjurkan adalah:

بِسْمِ اللهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللهِ وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ

  • Latin: Bismillahi tawakkaltu ‘alallah, la hawla wa la quwwata illa billah.
  • Artinya: “Dengan nama Allah, aku bertawakkal kepada Allah. Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan Allah.”

2. Doa setelah Duduk dalam Kendaraan

Doa manasik haji kedua adalah saat menaiki kendaraan, bacaan berikut dapat dipanjatkan:

بِسْمِ اللّٰهِ مَجْرٰ۪ىهَا وَمُرْسٰىهَاۗ اِنَّ رَبِّيْ لَغَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

  • Latin: wa qâlarkabû fîhâ bismillâhi majr)hâ wa mursâhâ, inna rabbî laghafûrur raḫîm
  • Artinya: “Dengan (menyebut) nama Allah pada waktu berlayar dan berlabuhnya. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun, Maha Penyayang (QS. Hud: 41).”

3. Doa saat Kendaraan Mulai Bergerak

Doa manasik haji ketiga adalah bacaaan pada saat kendaraan mulai bergerak:

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ . اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. سُبْحَانَ الَّذِيْ سَخَّرَلَنَا هٰذَا وَ مَا كُنَّا لَهٗ مُقْرِنِيْنَ . وَ إِنَّا إِلَى رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُوْنَ

  • Latin: Bimillâhir-raḫmânir-raḫîm. Allâhu akbar, Allâhu akbar, Allâhu akbar. Subhaanal-ladzii sakh-khoro lanaa haadzaa wa maa kunnaa lahu muqriniin. Wa innaa ilaa robbinaa lamunqolibuun.
  • Artinya: “Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Allah Maha Besar. Allah Maha Besar. Allah Maha Besar. Maha Suci Tuhan yang menundukkan kendaraan ini untuk kami, padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya. Dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami (di hari Kiamat).”

4. Doa Niat Haji

Doa manasik haji keempat adalah niat penting sebelum memulai ibadah. Contohnya:

نَوَيْتُ أَلْحَجَّ وَالْعُمْرَةَ وَأَحْرَمْتُ بِهِمَا لِلَّهِ تَعَالَى

  • Latin: Nawaitu hajja wal ‘umrata wa ahramtu bihimaa lillaahi ta’aala
  • Artinya: “Aku niat haji dan umrah dengan berihram untuk haji dan umrah karena Allah Ta’ala.”

5. Doa Bacaan Talbiyah

Pada manasik haji, doa bacaan talbiyah pun dipanjatkan. Berikut ini bacaannya:

لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ، لَبَّيْكَ لَا شَرِيكَ لَكَ لَبَّيْكَ، إِنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالْمُلْكَ لَا شَرِيكَ لَكَ

  • Latin: Labbaikallahumma labbaik, labbaika la syarika laka labbaik, innal hamda wan ni‘mata laka wal mulk, la syarika laka.
  • Artinya: “Aku penuhi panggilan-Mu ya Allah, aku penuhi panggilan-Mu. Tiada sekutu bagi-Mu, sesungguhnya segala pujian, nikmat, dan kerajaan adalah milik-Mu.”

6. Doa saat Memasuki Kota Mekah

Doa manasik keenam adalah bacaan saat memasuki tanah suci Mekkah.

اللَّهُمَّ هَذَا حَرَمُكَ وَأَمْنُكَ فَحَرِّمْنِي عَلَى النَّارِ وَأَمِّنِّي مِن عَذَابِكَ يَوْمَ تَبْعَثُ عِبَادَكَ، وَاجْعَلْنِي مِنْ أَولِيَائِكَ وَأَهْلِ طَاعَتِكَ

  • Latin: Allahumma haadza haramuka wa amnuka faharrimlahmi wadamii wabasyarii ‘alannar, wa aminnii min ‘adzabika yauma tab’atsu ‘ibaadaka waj’alnii min auliyaa ika wa ahli thoo’atik.
  • Artinya: “Ya Allah kota ini adalah tanah Haram-Mu dan tempat yang aman, maka hindarkanlah daging, darah, rambut, bulu dan kulitku dari neraka. Amankanlah aku dari siksa-Mu pada hari Engkau membangkitkan aku ke dalam golongan aulia-Mu dan ahli ta’at pada-Mu.”

7. Doa saat Memasuki Masjidil Haram

Pada saat manasik haji pun diberikan bacaan doa saat memasuki masjidil haram, seperti ini:

اللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلَامُ وَمِنْكَ السَّلَامُ، فَحَيِّنَا رَبَّنَا بِالسَّلَامِ وَأَدْخِلْنَا الْجَنَّةَ دَارَ السَّلَامِ تَبَارَكْتَ يَاذَا الجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ، رَبِّ اغْفِرَ لِي ذُنُوبِي وَافْتَحْ لِي أَبْوَابَ رَحْمَتِكَ، بِسْمِ اللَّهِ وَالْحَمْدُ للهِ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُوْلُ اللَّهِ

  • Latin: Allahumma antas salaam wa minkas salaam fa hayyinaa rabbanaa bissalaam wa adkhilnal jannata daaras salaam tabaarakta yaa dzaljalaali wal-ikraam, rabbighfir lii dzunuubii waftah lii abwaaba rahmatik, bismillaahi wal hamdu lillaahi wash shalaatu was salaamu ‘ala rasuulillah
  • Artinya: “Ya Allah, Engkau sumber keselamatan dan dari-Mu datangnya keselamatan, maka hidupkanlah kami wahai Tuhan dengan keselamatan, dan tempatkanlah kami di surga, negeri keselamatan, Maha Berkah Engkau wahai Tuhan Pemilik keagungan dan kemuliaan. Tuhanku, ampunilah dosa-dosaku dan bukakanlah pintu-pintu rahmat-Mu, dengan nama Allah dan segala puji bagi Allah, selawat dan salam kepada Rasulullah.”

8. Doa saat Melihat Ka’bah

Doa manasik haji kedelapan adalah bacaan saat melihat Ka’bah.

اللَّهُمَّ زِدْ هَذَا الْبَيْتَ تَشْرِيْفاً وَتَعْظِيْماً وَتَكْرِيماً وَمَهَابَةً، وَزِدْ مَنْ شَرَّفَهُ وَكَرَّمَهُ مِمَّنْ حَجَّهُ أَوِ اعْتَمَرَهُ تَشْرِيْفاً وَتَكْرِيماً وَتَعْظِيماً وَبِرًّا

  • Latin: Allahumma zid hadzal bayta tasyriifan wa ta’dziiman wa takriiman wa mahaabatan wa zid man syarrafahu wa karramahu mimman hajjahu awi’tamarahu tasyriifan wa takriiman wa ta’dziiman wa birran
  • Artinya: “Ya Allah, berilah tambahan kepada rumah ini kemuliaan dan kebesaran, kehormatan dan wibawa, dan berilah (pula) tambahan kepada orang yang memuliakannya dan yang menghormatinya dari kalangan orang yang berhaji dan berumrah kepadanya, tambahan kemuliaan, kehormatan, kebesaran, dan ketakwaan.”

9. Doa saat Tawaf

Bacaan doa manasik haji selama tawaf, doa antara Rukun Yamani dan Hajar Aswad adalah:

بِسْمِ اللهِ وَاللَّهُ أَكْبَرُ، اَللَّهُمَّ إِيْمَاناً بِكَ وَتَصْدِيقاً بِكِتَابِكَ وَوَفَاءً بِعَهْدِكَ وَاتِّبَاعاً لِسُنَّةِ نَبِيِّكَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

  • Latin: Bismillahi wallahu akbar. Allahumma imanan bika, wa tashdiqan bi kitabika, wa wafa’an bi‘ahdika, wattiba‘an li sunnati nabiyyika Muhammadin shallallahu ‘alayhi wa sallam.
  • Artinya: “Dengan nama Allah, Allah Maha Besar. Ya Allah, (aku bertawaf) karena keimanan kepada-Mu, kepercayaan terhadap kitab suci-Mu, pemenuhan terhadap janji-Mu, dan kepatuhan terhadap sunah nabi-Mu Muhammad saw.”

10. Doa Sa’i

Pada saat sa’i antara Shafa dan Marwah:

اَللَّهُ أَكْبَرُ، اَللَّهُ أَكْبَرُ، اَللَّهُ أَكْبَرُ، اَللَّهُ أَكْبَرُ، كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيرًا وَسُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلًا

  • Latin: Allâhu akbar, Allâhu akbar, Allâhu akbar, Allâhu akbar, kabîran walhamdulillâhi katsîran wa subḥânallâhi bukratan wa ashîlâ
  • Artinya: “Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Maha Besar Allah dengan pujian yang banyak, dan Maha Suci Allah pada waktu pagi dan petang.”

11. Doa di Bukit Shafa dan Marwah

Doa manasik haji mencakup juga bacaan di Bukit Shafa dan Marwah, seperti:

اللَّهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ ولِلَّهِ الْحَمْدُ اللهُ أَكْبَرُ عَلَى مَا هَدَانَا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى مَا أَوَّلَانَا لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِي وَيُمِيْتُ بِيَدِهِ الْخَيْرُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ، لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ أَنْجَزَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَلَا نَعْبُدُ إِلَّا إِيَّاهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ، اَللَّهُمَّ إِنَّكَ قُلْتَ أَدْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ، وَإِنَّكَ لَا تُخْلِفُ الْمِيْعَادَ وَإِنِّي أَسْأَلُكَ كَمَا هَدَيْتَنِيْ لِلْإِسْلَامِ أَنْ لَا تَنْزِعَهُ مِنِّي حَتَّى تَتَوَفَّانِيْ وَأَنَا مُسْلِمٌ

  • Latin: Allâhu akbar, Allâhu akbar, Allâhu akbar wa lillâhil hamd, Allâhu akbar ‘alâ mâ hadânâ, walhamdu lillâhi ‘alâ mâ aulânâ, lâ ilâha illallâhu wahdahu lâ syarîka lah, lahul mulku wa lahul hamdu yuhyî wa yumît, biyadihil khair, wa huwa ‘alâ kulli syai’in qadîr. Lâ ilâha illallâhu anjaza wa’dahu wa nashara ‘abdahu wa hazamal ahzâba wahdah. Lâ ilâha illallâhu wa lâ na’budu illâ iyyâhu mukhlisîna lahud dîna wa law karihal kâfirûn. Allâhumma innaka qulta ud’ûnî astajib lakum, wa innaka lâ tukhliful mî’âd, wa innî as’aluka kamâ hadaitanî lil islâmi an lâ tanzi’ahu minnî hattâ tatawaffanî wa anâ muslim.
  • Artinya: “Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar dan segala puji bagi Allah. Allah Maha Besar atas petunjuk yang diberikan-Nya kepada kami, dan segala puji bagi Allah atas segala karunia-Nya kepada kami. Tiada Tuhan selain Allah yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya kerajaan dan segala pujian. Dia yang menghidupkan dan mematikan, di tangan-Nya segala kebaikan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Tiada Tuhan selain Allah yang menepati janji-Nya, menolong hamba-Nya, dan menghancurkan musuh-musuh sendirian. Tiada Tuhan selain Allah, dan kami tidak menyembah kecuali kepada-Nya dengan tulus dalam beragama meskipun orang-orang kafir membenci. Ya Allah, sesungguhnya Engkau telah berfirman ‘berdoalah kepada-Ku, niscaya Aku kabulkan’, dan Engkau tidak mengingkari janji. Aku memohon kepada-Mu, sebagaimana Engkau telah memberi hidayah Islam kepadaku, janganlah Engkau mencabutnya dariku hingga Engkau wafatkan aku dalam keadaan Muslim.”

12. Doa di Muzdalifah

Doa manasik haji pun mencakup bacaan di Muzdalifah seperti:

اَللّٰهُمَّ إِنَّ هٰذِهِ مُزْدَلِفَةُ جُمِعَتْ فِيْهَا أَلْسِنَةٌ مُخْتَلِفَةٌ تَسْأَلُكَ حَوَائِجَ مُتَنَوِّعَةً فَاجْعَلْنِيْ مِمَّنْ دَعَاكَ فَاسْتَجَبْتَ لَهُ وَتَوَكَّلَ عَلَيْكَ فَكَفَّيْتَهُ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

  • Latin: Allâhumma innâ hâdzihi Muzdalifah jumi’at fîhâ alsinatun mukhtalifatun tas’aluka hawâ’ija mutanawwi’atan, faj’alnî mimman da’âka fastajabta lah, wa tawakkala ‘alaika fakafaitah, yâ arhamar râhimîn.
  • Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya di Muzdalifah ini berkumpul berbagai bahasa yang memohon kepada-Mu dengan beragam kebutuhan. Maka jadikanlah aku termasuk orang yang berdoa kepada-Mu lalu Engkau kabulkan, dan yang berserah diri kepada-Mu lalu Engkau cukupkan kebutuhannya, wahai Yang Maha Pengasih dari segala yang pengasih.”

13. Doa di Mina

Di tempat ini jamaah membaca doa dengan khusyuk memohon ampunan Allah.

اَللّٰهُمَّ هٰذَا مِنَى فَامْنُنْ عَلَيَّ بِمَا مَنَنْتَ بِهِ عَلَى أَوْلِيَائِكَ وَأَهْلِ طَاعَتِكَ

  • Latin: Allâhumma hâdzâ Minâ famnun ‘alayya bimâ mananta bihi ‘alâ awliyâ’ika wa ahli thâ’atik.
  • Artinya: Ya Allah, tempat ini adalah Mina, maka anugerahkanlah kepadaku apa yang telah Engkau anugerahkan kepada para kekasih-Mu dan orang-orang yang taat kepada-Mu.

14. Doa saat Melontar Jumrah

Doa manasik haji pun mencakup bacaan saat melontar jumrah.

بِسْمِ اللهِ وَاللهُ أَكْبَرُ رَجْمًا لِلشَّيَاطِيْنِ وَرِضًا لِلرَّحْمٰنِ اَللّٰهُمَّ اجْعَلْ حَجًّا مَبْرُوْرًا وَسَعْيًا مَشْكُوْرًا

  • Latin: Bismillâhi wallâhu akbar, rajman lissyayâthîn wa ridhân lirrahmân, Allâhummaj’al hajjan mabrûran wa sa’yan masykûran.
  • Artinya: “Dengan nama Allah, Allah Maha Besar. Untuk melempar setan dan demi keridhaan Allah Yang Maha Pengasih. Ya Allah, jadikanlah hajiku haji yang mabrur dan sa’i yang diterima.”

15. Doa saat Masuk Kota Madinah

Doa manasik haji pun mencakup bacaan saat masuk kota Madinah, seperti:

اَللّٰهُمَّ هٰذَا حَرَمُ رَسُوْلِكَ وَاجْعَلْهُ لِيْ وِقَايَةً مِنَ النَّارِ وَأَمَانًا مِنَ الْعَذَابِ وَسُوْءِ الْحِسَابِ

  • Latin: Allâhumma hâdzâ ḥaramu rasûlika waj’alhu lî wiqâyatan minan nâri wa amânan minal ‘adzâbi wa sû’il ḥisâb.
  • Artinya: “Ya Allah, ini adalah tanah haram Rasul-Mu, jadikanlah tempat ini sebagai pelindung bagiku dari neraka, keamanan dari siksa dan buruknya hisab.”

16. Doa Masuk Masjid Nabawi

Tidak hanya masuk Madinah, doa manasik haji yang diberikan pun mencakup bacaan masuk Masjid Nabawi.

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ. أَعُوْذُ بِاللهِ الْعَظِيمِ وَوَجْهِ الْكَرِيمِ وَسُلْطَانِهِ الْقَدِيْمِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ. اَللّٰهُمَّ افْتَحْ لِي أَبْوَابَ رَحْمَتِكَ

  • Latin: Bismillahir raḫmânir rahîm. A‘ûdzubillâhil ‘adhîmi wa wajhil karîmi wa sulthânihil qadîmi minasy syaithânir rajîmi, allâhumma-ftaḫlî abwâba raḫmatika.
  • Artinya: “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Aku berlindung kepada Allah yang Maha Agung, Dzat-Nya yang Maha Mulia, dan kekuasaan-Nya Yang Mahadahulu, dari godaan setan yang terkutuk. Ya Allah, bukakanlah bagiku segala pintu rahmat-Mu.”

17. Doa Ketika Pulang Haji

Terkait bacaan ketika pulang haji pun tersedia dalam kumpulan doa manasik haji.

لَا إِلٰهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ، اٰيِبُوْنَ تَائِبُوْنَ عَابِدُوْنَ سَاجِدُوْنَ لِرَبِّنَا حَامِدُوْنَ صَدَقَ اللهُ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ

  • Latin: Lâ ilâha illallâhu waḫdahu lâ syarîkalahu lahul mulku wa lahul ḫamdu wahuwa ‘alâ kulli syai-in qadîr(un), âyibûn tâibûn ‘âbidûn sâjidûna li rabbinâ ḫâmidûn shadaqallâhu wa‘dahu wa nashara ‘abdahu wa hazamal aḫzâba waḫdahu.
  • Artinya: “Tidak ada Tuhan kecuali Allah, Tuhan yang Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dia pemilik seluruh kerajaan dan segala pujian. Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Semoga kami termasuk orang-orang yang kembali, orang-orang yang ahli tobat, ahli ibadah, ahli sujud dan ahli memuji Tuhan kami. Allah menepati janji-Nya, menolong hamba-Nya, dan mengalahkan sendiri musuh-musuh -Nya..”

Kumpulan doa manasik haji ini adalah bagian dari panduan spiritual yang membantu jamaah haji tetap dekat dengan Allah selama perjalanan. Referensi lengkap dapat ditemukan di BPKH dan Quran NU Online​

Nikmati perjalanan haji eksklusif bersama Arrayyan Al Mubarak dengan paket haji khusus dan Furoda terbaik! Didukung panduan doa lengkap dan fasilitas premium, wujudkan pengalaman ibadah tak terlupakan. Gabungkan kenyamanan dan khusyuknya beribadah. Segera daftarkan diri Anda untuk kuota terbatas tahun ini! Hubungi kami sekarang untuk informasi lebih lanjut.

.

Rukun Haji: Panduan Lengkap untuk Menunaikan Ibadah yang Suci

Rukun Haji: Panduan Lengkap untuk Menunaikan Ibadah yang Suci

Ibadah haji, rukun Islam yang kelima, adalah sebuah perjalanan spiritual yang mendalam, yang diwajibkan bagi setiap Muslim yang mampu secara fisik, finansial, dan mental. Sebuah prosesi yang sarat makna dan penuh pengorbanan, ibadah haji tidak hanya menjadi puncak pengabdian kepada Allah, tetapi juga menjadi simbol persatuan umat Islam di seluruh dunia. Namun, pelaksanaan ibadah haji tidaklah sesederhana niat untuk berangkat. Ada rukun haji yang harus dipenuhi, karena tanpa pelaksanaannya, ibadah haji dianggap tidak sah.

Panduan Lengkap Rukun Haji

Rukun Haji

Dalam mazhab Asy-Syafiiyah, rukun haji terdiri dari enam elemen penting: Ihram, Wukuf di Arafah, Thawaf Ifadhah, Sai, Tahallul, dan Tertib. 

  1. Ihram
  2. Wukuf di Arafah
  3. Thawaf Ifadhah
  4. Sai, 
  5. Tahallul
  6. Tertib

Mari kita telaah lebih dalam setiap rukun ini.

1. Ihram: Langkah Awal yang Sakral

Ihram menandai dimulainya prosesi haji. Ini adalah niat untuk melaksanakan ibadah haji, yang disertai dengan pengenaan pakaian ihram dan pembacaan talbiyah. Pakaian ihram sendiri berbeda antara laki-laki dan perempuan.

  • Laki-laki mengenakan dua lembar kain putih tak berjahit: satu sebagai izar (penutup tubuh bawah) dan satu sebagai rida (penutup tubuh atas).
  • Perempuan memakai pakaian yang menutup seluruh aurat, kecuali wajah dan telapak tangan.

Niat ihram diucapkan dengan lafadz:
Nawaitul hajja wa ahramtu bihi lillahi ta’ala
(Aku berniat haji dengan berihram karena Allah Ta’ala).

Setelah niat, jemaah harus menghindari berbagai larangan, seperti memakai wewangian, memotong kuku dan rambut, serta melakukan hubungan suami-istri. Ihram menjadi pijakan awal yang menunjukkan kesiapan hati dan jiwa untuk beribadah secara total.

2. Wukuf di Arafah: Puncak Haji

Tidak ada yang lebih sakral dalam ibadah haji selain wukuf di Arafah. Inilah puncak dari semua prosesi, di mana setiap jemaah berdiri di Padang Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah, mulai dari tergelincir matahari hingga terbenamnya.

Pada saat inilah, jemaah dianjurkan untuk memperbanyak:

  • Membaca talbiyah,
  • Berzikir,
  • Memanjatkan doa-doa ampunan,
  • Membaca Al-Qur’an.

Wukuf menjadi momen introspeksi, refleksi, dan penghambaan total kepada Allah. Banyak jemaah yang merasakan spiritualitas mendalam di tempat ini, seolah berada lebih dekat dengan Sang Pencipta.

3. Thawaf Ifadhah: Mengelilingi Kabah

Setelah wukuf, jemaah melanjutkan perjalanan dengan melakukan Thawaf Ifadhah, yaitu mengelilingi Kabah sebanyak tujuh putaran. Thawaf dilakukan dengan posisi Kabah selalu di sebelah kiri badan jemaah, dimulai dari titik sejajar dengan Hajar Aswad.

Thawaf Ifadhah dapat dilakukan setelah melempar jumrah Aqabah dan tahallul pada tanggal 10 Dzulhijjah. Meski ada waktu yang lebih utama, thawaf tetap sah dilakukan sebelum berakhirnya hari-hari tasyrik (tanggal 11-13 Dzulhijjah). Selama thawaf, jemaah harus dalam keadaan suci dari hadas besar dan kecil.

4. Sai: Menapaktilasi Perjuangan Hajar

Sai adalah perjalanan bolak-balik sebanyak tujuh kali antara Bukit Safa dan Bukit Marwah. Sai mengenang perjuangan Hajar, ibu Nabi Ismail, yang mencari air untuk anaknya di tengah gurun pasir.

Satu kali perjalanan dimulai dari Bukit Safa menuju Bukit Marwah, dan begitu seterusnya hingga genap tujuh kali. Meski disunnahkan untuk melaksanakan Sai dalam keadaan suci, Sai tetap sah meskipun dilakukan tanpa wudhu. Ritual ini mengingatkan akan pentingnya kesabaran, doa, dan usaha tanpa henti.

5. Tahallul: Simbol Penyucian

Setelah menyelesaikan Sai, tibalah saatnya untuk Tahallul, yaitu mencukur rambut sebagai simbol penyelesaian rangkaian ibadah haji.

  • Laki-laki dianjurkan mencukur rambut hingga gundul, meskipun cukup memotong sebagian rambut.
  • Perempuan memotong setidaknya tiga helai rambut sepanjang jari.

Tahallul terbagi menjadi dua tahap: Tahallul Awal dan Tahallul Tsani. Dengan tahallul, jemaah menandai akhir dari larangan-larangan ihram dan kembali ke keadaan normal.

6. Tertib: Mengutamakan Urutan

Rukun terakhir adalah tertib, yang mengharuskan semua rukun haji dilakukan secara berurutan, mulai dari ihram hingga tahallul. Jika tertib ini dilanggar, maka ibadah haji dianggap tidak sah. Inilah yang menjadikan rukun haji tidak bisa dianggap sepele, karena semuanya saling berkaitan.

Pengetahuan tentang rukun haji adalah bekal penting sebelum keberangkatan. Setiap jemaah harus memahami langkah-langkah ini dengan baik agar ibadah haji dapat terlaksana dengan sempurna dan memberikan makna mendalam dalam kehidupan.

Haji bukan hanya sebuah perjalanan fisik, melainkan perjalanan jiwa yang menuntut keikhlasan, pengorbanan, dan pengabdian penuh. Semoga setiap langkah yang Anda tempuh di tanah suci membawa keberkahan dan menjadikan Anda haji yang mabrur

Demikian pembahasan tentang rukun haji yang sesuai dengan syariat islam. Pastikan Anda tunaikan rukun haji agar ibadah haji jadi sah dan pilih paket haji dari Arrayyan yang akan memudahkan kegiatan ibadah haji Anda.

Jumrah Aqabah: Waktu Lempar, hingga Doa Setelah Ibadahnya

Jumrah Aqabah: Waktu Lempar, hingga Doa Setelah Ibadahnya

Jumrah Aqabah adalah salah satu rangkaian penting dalam pelaksanaan ibadah haji yang memiliki makna mendalam bagi umat Islam. Ritual ini dilakukan dengan melemparkan tujuh butir batu kecil ke tiang jumrah terbesar, yang melambangkan perlawanan terhadap godaan setan. Artikel ini akan membahas waktu pelaksanaan Jumrah Aqabah, tata cara melempar batu, hingga doa yang dianjurkan setelah menjalankan ibadah ini, sehingga para jamaah dapat memahami esensi dan tuntunan ritual dengan lebih mendalam.

jumrah aqabah
Photo by Kemenag

1. Waktu Melempar Jumrah Aqabah

Berdasarkan muhammadiyah.or.id, pada tanggal 10 Zulhijah, setelah tiba di Mina, para jemaah haji melaksanakan salah satu ritual penting dalam ibadah haji, yaitu melempar Jumrah Aqabah. Ritual ini dilakukan dengan melemparkan tujuh butir batu kerikil secara berurutan. Pelaksanaan melempar Jumrah Aqabah berlandaskan pada hadis Nabi Muhammad Saw.

Hadis tersebut diriwayatkan oleh Ibn ‘Abbas melalui al-Fadl Ibn ‘Abbas, yang saat itu membonceng di belakang Rasulullah Saw. Dalam hadis itu disebutkan bahwa Rasulullah Saw memberi arahan kepada umatnya pada sore hari di Arafah dan pagi hari di Jamak saat mereka bergerak menuju Mina. Beliau berkata, “Berjalanlah dengan tenang.” Rasulullah Saw pun mengarahkan untanya dengan perlahan hingga tiba di lembah Muhassir. Ketika itu, beliau berseru, “Ambillah kerikil untuk melempar Jumrah.” (H.R. Muslim).

2. Doa Lempar Jumrah Aqabah

Berdasarkan muhammadiyah.or.id, setiap kali melemparkan batu kerikil, jemaah haji dianjurkan untuk mengucapkan takbir “Allahu Akbar” dan memanjatkan doa berikut:

اللهم اجعلْهُ حَجًّا مبرورًا، وذَنْبًا مغفورًا

Allahumma-j‘alhu ḥajjan mabrūran, wa dzanban maghfūran

Artinya: “Ya Allah, jadikanlah ini haji yang mabrur dan dosa yang diampuni.”

Anjuran ini didasarkan pada hadis Nabi Muhammad Saw yang diriwayatkan oleh ‘Abd ar-Rahman Ibn Yazid. Dalam hadis tersebut disebutkan:

عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ يَزِيدَ ، قَالَ: كُنْتُ مَعَ عَبْدِ اللهِ، حَتَّى انْتَهَى إِلَى جَمْرَةِ الْعَقَبَةِ، فَقَالَ: نَاوِلْنِي أَحْجَارًا، قَالَ: فَنَاوَلْتُهُ سَبْعَةَ أَحْجَارٍ، فَقَالَ لِي: خُذْ بِزِمَامِ النَّاقَةِ، قَالَ: ثُمَّ عَادَ إِلَيْهَا، فَرَمَى بِهَا مِنْ بَطْنِ الْوَادِي بِسَبْعِ حَصَيَاتٍ، وَهُوَ رَاكِبٌ، يُكَبِّرُ مَعَ كُلِّ حَصَاةٍ، وَقَالَ: اللهُمَّ اجْعَلْهُ حَجًّا مَبْرُورًا، وَذَنْبًا مَغْفُورًا، ثُمَّ قَالَ: ” هَاهُنَا كَانَ يَقُومُ الَّذِي أُنْزِلَتْ عَلَيْهِ سُورَةُ الْبَقَرَةِ “

“Dari ‘Abd ar-Rahman Ibn Yazid, ia berkata: Aku bersama Abdullah hingga tiba di Jumrah Aqabah. Kemudian ia berkata, ‘Berikanlah aku beberapa batu kerikil.’ Aku pun memberikannya tujuh butir kerikil, lalu ia berkata kepadaku, ‘Peganglah tali kekang unta ini.’ Setelah itu, ia melemparkan batu kerikil dari lembah tersebut sebanyak tujuh kali, sambil bertakbir pada setiap lemparan. Ia juga berdoa, ‘Allahumma-j‘alhu ḥajjan mabrūran, wa dzanban maghfūran.’ Setelah selesai, ia menambahkan, ‘Di sinilah tempat berdirinya orang yang diturunkan kepadanya surat al-Baqarah.'” [H.R. Ahmad].

3. Waktu Larangan Lontar Jumrah

Berdasarkan panduan dari Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag), terdapat waktu tertentu di mana jemaah haji Indonesia dilarang untuk melontar jumrah. Larangan ini berlaku pada tanggal 10 Zulhijah, tepatnya dari pukul 04.30 hingga 10.00 waktu Arab Saudi. Kebijakan ini ditetapkan untuk menghindari risiko kepadatan dan potensi bahaya yang dapat terjadi karena tingginya jumlah jemaah dari seluruh dunia yang berkumpul di lokasi tersebut pada waktu tersebut.

Pada waktu itu, Jamarat, yakni area pelontaran jumrah, biasanya sangat ramai karena banyak jemaah dari berbagai negara juga melaksanakan ibadah melontar Jumrah Aqabah. Hal ini sering kali menyebabkan kepadatan ekstrem di area Jamarat, yang dapat berisiko menimbulkan bahaya seperti desak-desakan, kelelahan akibat panas, hingga insiden tidak diinginkan lainnya. Mengingat hal ini, Kemenag meminta jemaah haji Indonesia untuk tetap berada di tenda masing-masing di Mina selama waktu larangan tersebut.

Anjuran ini bertujuan untuk menjaga keselamatan jemaah sekaligus memberikan waktu bagi mereka untuk beristirahat dan mempersiapkan diri sebelum melontar jumrah di waktu yang lebih aman. Setelah pukul 10.00 Waktu Arab Saudi, jemaah Indonesia diperbolehkan menuju Jamarat untuk melontar Jumrah Aqabah dengan lebih leluasa karena situasi umumnya sudah lebih kondusif dan tidak terlalu ramai.

Panduan ini mencerminkan perhatian pihak berwenang terhadap keamanan dan kenyamanan para jemaah. Selain itu, langkah ini juga mengedepankan prinsip mempermudah ibadah (tasir) dalam Islam, yang mengajarkan umat untuk melaksanakan ibadah dengan bijaksana sesuai situasi dan kondisi tanpa membahayakan diri sendiri maupun orang lain.

Jemaah haji juga diingatkan untuk selalu mematuhi arahan dari petugas haji, mengenakan perlengkapan yang mendukung seperti payung dan masker untuk mengurangi efek panas, serta membawa air minum agar terhindar dari dehidrasi selama menjalankan ibadah di Mina dan Jamarat.

4. Tata Cara Melempar Jumrah

Saat melaksanakan pelemparan jumrah, ada beberapa tata cara yang disarankan untuk dilakukan oleh jemaah haji, salah satunya adalah dengan memposisikan Ka’bah di sebelah kiri dan Mina di sebelah kanan. Kemudian, melemparkan tujuh batu dengan hati-hati, sesuai dengan jumlah batu yang disarankan dalam syariat. 

Anjuran ini didasarkan pada hadis Nabi Muhammad Saw yang diriwayatkan oleh ‘Abdullah R.A’. Dalam hadis tersebut disebutkan: 

Ia sampai di al-Jumrah al-Kubra (al-‘Aqabah) dengan memposisikan Baitullah di sebelah kirinya dan Mina di sisi kanannya. Ia kemudian melempar dengan tujuh batu sambil berkata, “Beginilah cara melempar orang yang telah diturunkan kepadanya surah al-Baqarah, yaitu Muhammad Saw.” (H.R. al-Bukhari).

5. Urutan yang Benar dalam Melempar Jumrah

Melontar jumrah merupakan salah satu rangkaian ibadah haji yang harus dilakukan dengan urutan yang benar, dimulai dari jumrah Ula, kemudian jumrah Wustha, dan terakhir jumrah Aqabah. Setiap lontaran harus menggunakan satu kerikil, dan melontar tujuh kerikil sekaligus dihitung sebagai satu lontaran saja. Untuk sahnya lontaran, kerikil yang dilempar harus mengenai marma (tunggul batu yang menjadi sasaran) dan masuk ke dalam lubang tempat jumrah tersebut. Proses ini mengikuti ketentuan yang telah ditetapkan oleh Kementerian Agama (Kemeng) untuk memastikan kesahihan ibadah ini.

Jika Anda ingin melaksanakan ibadah haji dengan kenyamanan lebih, paket Haji Khusus dan Furoda Arrayyan Al Mubarak bisa menjadi pilihan tepat untuk Anda. Dengan layanan yang lebih personal dan fasilitas yang lengkap, paket ini menawarkan pengalaman ibadah yang lebih tenang dan penuh makna. Dapatkan kemudahan dalam proses pendaftaran, akomodasi, dan bimbingan spiritual yang akan menemani Anda sepanjang perjalanan haji. Segera hubungi kami untuk informasi lebih lanjut dan persiapkan perjalanan spiritual Anda dengan paket haji istimewa ini!